Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Semarang. Kota Semarang, punya sentra kerajinan logam di tengah kota tepatnya di Jalan Bugangan. Sejak tahun 1970-an, industri logam di Bugangan pernah jaya. Jatuh bangun menghadapi perkembangan zaman. Kini keadaannya meredup.
Warga Bugangan sejak dulu memulai bisnisnya dengan kerajinan logam antara lain ember seng yang cukup diminati. Namun masuknya ember plastik ke pasaran membuat perajin putar otak.
"Ini sudah sejak tahun 70-an. Awalnya di rumah-rumah warga. Dulunya bikin ember seng, terus kami dimatikan sama ember plastik," kata ketua paguyuban pekalengan Bina Warga, Sulaiman (70) di depan tokonya, Jumat (6/4/2018).
Setelah itu, para warga beralih memproduksi kompor minyak dan menjadi sentra di Semarang. Sulaiman mengenang, zaman Wakil Presiden Adam Malik yang pernah berkunjung ke Bugangan. Ia bahkan ke rumahnya kemudian memberi bantuan.
"Kedatangan Pak Adam Malik tahun 80-an memberikan bantuan Rp 100 setiap pengusaha," tandasnya.
Sejak saat itulah sentra logam di sana semakin berkembang dan mulai membangun toko hingga di bantaran sungai Banjir Kanal Timur dengan jumlah pedagang sekitar 70 orang. Tahun 1994, Mensos, Nani Soedarsono juga datang memberikan bantuan.
Usaha pembuatan kompor logam di sana memang berkembang tapi mereka kembali terpuruk ketika ada konversi minyak tanah ke gas. Lagi-lagi para pedagang harus memproduksi barang lainnya.
"Kompor minyak dimatikan kompor gas. Ini sekarang alat-alatnya untuk membuat kompor minyak masih ada, tapi nganggur," ujarnya.
Para perajin pantang menyerah dan membuat produk loham lainnya yang bervariasi mulai dari panci, dandang, oven, bahkan gerobak sampah. Malah ada yang berinovasi membuat mesin cuci berukuran besar.
"Alhamdulillah tetap berkembang. Kalau saya sekarang menyediakan bahan logamnya," pungkas Sulaiman.
Perjuangan para perajin logam di Bugangan belum berhenti karena toko mereka yang berada di bantaran sungai Banjir Kanal Timur harus direlokasi karena memang berdiri pada lahan yang tidak semestinya. Relokasi dilakukan juga karena ada normalisasi sungai agar tidak terjadi banjir.
Sulaiman menjelaskan, para perajin sudah setuju jika memang harus direlokasi, namun syaratnya lokasi harus sudah siap. Ia juga bersiap untuk kembali berjuang agar produknya di lokasi baru nanti dikenal.
"Kita siap direlokasi asal tempatnya siap. Ya nanti mulai dari awal lagi, mbabat alas lagi," ujarnya.
Sementara itu siang tadi para perajin bertemu dengan Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementrian Perindustrian, Gati Wibawaningsih yang didampingi Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu alias Ita.
Gati memberikan lampu hijau untuk penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) agar sentra logam Semarang tetap bisa bertahan. Menurut Gati industri logam merupakan usaha yang potensial.
"Plafon DAK terserah, tetap akan evaluasi, kalau besar, apa benar sampai situ, kalau bangunan sesuai proposal, kita kasih, selama dana ada," kata Gati.
Sedangkan Ita menjelaskan, rencananya sentra logam Bugangan akan direlokasi ke lokasi yang sudah disiapkan yaitu daerah Penggaron. Namun dengan DAK, bisa dicarikan lokasi lain yang lebih khusus untuk sentra tidak jauh dari Bugangan.
"Awalnya relokasi hanya di tempatkn di Penggaron, tapi karena ada lampu hijau bu Dirjen bisa bantu DAK, maka kita akan bantu membuat sentara industri logam Bugangan ke tempat lain. Kami akan cari lahan, anjuran bu Dirjen akan buat Los, akan buat lebih layak jadi sentra logam," jelas Ita.
"Tadi tanya pak camat, Semarang Timur tidak ada lahan. Nanti di kecamatan tetangga di Pedurungan atau Tembalang," imbuhnya. (dtc)