Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Ponorogo. Berakhirnya pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) menyisakan cerita tersendiri bagi Nabiel Ghaly Azumi, siswa penyandang tunanetra yang bersekolah di SMA 1 Muhammadiyah Ponorogo.
Bagi siswa kelas XII IPS ini, UNBK kali ini memiliki tingkat kesulitan tersendiri sebab sebelumnya Nabiel terlebih dahulu bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB).
"Soal saya berbeda dengan milik teman saya, naskahnya berbentuk huruf Braille," tutur Nabiel saat ditemui detikcom di SMA Muhipo, Jalan Batoro Katong, Kamis (12/4/2018).
Meski sempat mengalami kesulitan saat memahami soal pelajaran matematika, ini merupakan pengalaman berharga. "Dulu kan saya sekolah di SLB, pas menginjak SMA saya ingin sekolah umum. Saya ingin mencoba susahnya soal Ujian Nasional (UN) seperti apa," terang Nabiel.
Saat ujian, Nabiel mendapatkan guru pendamping untuk mendampinginya mengerjakan soal. "Beliau hanya menjelaskan soal jika saya bertanya dan tidak memahami soal, terutama soal matematika dengan huruf Braille," tegas dia.
Meski ditemani seorang pendamping, Nabiel juga tidak meminta tolong si pendamping untuk membacakan soal terus-menerus. Ia bertekad harus berusaha memahami sendiri soalnya. "Biasanya pendamping menolong mengarsirkan jawaban saya di lembar jawaban," tambahnya.
Putra dari pasangan Muh. Ali Ridho dan Siti Muslimah ini mengaku awalnya hendak bersekolah di Pondok Modern Gontor, namun karena takut tidak bisa mengikuti jam belajarnya, Nabiel pun memutuskan untuk sekolah di SMA Muhipo dan tinggal di panti tunanetra di Ponorogo.
"Awalnya saya minder dan pendiam, soalnya tidak ada yang ngajak ngobrol. Tapi sejak kelas XI banyak yang ngajak ngobrol saya karena mempunyai hobi yang sama nonton drama Korea," imbuh Nabiel.
Kendati demikian, remaja yang mengalami kebutaan sejak lahir ini tidak pernah merasa malu atau rendah diri. Justru karena kekurangannya inilah, membuat Nabiel berpacu untuk berprestasi.
Di antara sederet prestasi yang ditorehkan Nabiel di antaranya menulis buku biografi, juara menyanyi tingkat nasional, juara kedua membaca puisi bahasa Jawa bahkan Nabiel juga sering mengirim cerita misteri ke salah satu radio swasta di Bojonegoro, asal tempat tinggalnya.
"Saya suka buat geguritan (puisi bahasa Jawa, red). Jumlahnya (karya) sekitar 40-50an," ujar Nabiel.
Nabiel pun berharap bisa lulus nilai UN dengan baik, walaupun siswa berkebutuhan khusus tidak diwajibkan mengikuti UN. Nabiel bersikeras meminta untuk ikut UN karena hasil nilai UN termasuk salah satu syarat SBMPTN.
"Saya ingin kuliah di UNS. Ambil jurusan pendidikan Bahasa Jawa," pungkasnya. (dtc)