Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Ada banyak hal yang tidak kita ketahui tentang makanan generasi ke generasi di bumi Sumatera Utara. Bicara Sumut, maka sebenarnya kita sedang membahas masyarakat yang dihuni oleh beragam etnis, seperti Batak, Karo, Mandailing, Melayu, Jawa dan lainnya.
Masing-masing etnis ini pun membentuk peradaban budayanya sendiri. Salah satunya masalah kuliner. Nah! kulinernya masyarakat Sumatera Utara yang jarang disorot orang dihadirkan di lokasi wisata Bukit Lawang, Restaurant Ecolodge.
Agustus 2018, medanbisnisdaily.com melakukan pelesiran ke Ecolodge, dan singgah di restaurant yang didesain dengan gaya kapal Titanik. Dengan menggunakan bahan bambu, Ecolodge tampak unik dan menyatu dengan alam Bahorok yang hijau.
"Masyarakat asli di sini mayoritas Karo, Jawa, Melayu, Batak baru kemudian etnis lainnya. Jadi hal ini turut mempengaruhi makanan yang kami sajikan di sini," terang Hasan Basri, chefnya Ecolodge.
Ia tak menampik tetap saja menyediakan menu-menu western food, mengingat pelanggannya Ecolodge 95% turis asing dari benua Eropa.
Melalui makanan, Ecolodge memperkenalkan budaya lokal khas Masyarakat Bukit Lawang.Untuk makanan khas Karo ada jungle food. kari ayam yang dimasak dengan campuran batang pisang hutan.
"Batang pisang yang diambil itu bagian tengahnya yang berwarna putih. dan jenis batang pisang yang digunakan adalah pisang hutan karena ia tidak berubah warna saat dimasak. rasanya juga gurih," papar Basri.
Jungle food menjadi menu favorit di tempat ini. Per porsinya dijual Rp 120.000. Juga ada makanan khas Tapanuli, yakni poncal tapanuli. Pecal khas Batak Toba yang isinya rebusan kacang panjang, daun ubi, jipang, tauge, kincung yang kemudian disiram bumbu kacang. Kincung membuat rasa pecel ini menjadi beda dan mengugah selera. Per porsi Rp 35.000.
Tentang menu Batak Tapanuli lainnya adalah dekke nanitombur, yakni ikan bakar yang disajikan dengan sambal khas Batak yang menggunakan andaliman. Rasa ketir, gurih khas andaliman sangat klop dinikmati dengan gurami bakar. Per porsi dijual Rp 40.000.
Hasan Basri mengungkapkan, meskipun banyak menyediakan menu daerah, semua makanan yang dijual di Ecolodge adalah halal.
"Karena masyarakat di sekitar Bukit Lawang ini mayoritas muslim. kita tidak boleh menjual menu nonhalal di tempat ini," terang Basri.
Demi memperkenalkan menu-menu lokal, tiap Sabtu dan Minggu, Ecolodge menghadirkan acara cooking class yang menampilkan berbagai cara masak makanan khas daerah. Cooking class yang dihadirkan sangat diminati oleh para turis bule.
Posisi Ecolodge berada di dataran tinggi di atas Sungai Bahorok yang diapit oleh belasan penginapan. Luas areal Ecolodge mencapai 25 hektar. Dari lahan sebesar itu, 20% untuk cottage dan restaurant, sisanya adalah hutan.
Para turis menjadikan tempat ini sebagai tempat penginapan karena relatif aman dari banjir dan lokasinya dibibir hutan memudahkan mereka melakukan tracking ke hutan Louser.