Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Grobogan - BPBD Grobogan mencatat kekeringan semakin meluas. Hingga saat ini tercatat 89 desa terdampak kekeringan dan mengalami krisis air bersih.
"Semula 88 desa. Ini baru saja saya terima laporan ada satu desa lagi. 89 sekarang," kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Grobogan, Budi Prihantoro saat dihubungi detikcom, Selasa (4/9/2019).
Jumlah desa itu tersebar di 14 kecamatan di Grobogan. BPBD telah melakukan dropping air bersih ke desa-desa tersebut.
"Jumlah drop air bersih ke desa yang dilanda krisis air bersih akibat kekeringan sekitar 360 tangki. Itu sudah didistribusikan," jelasnya.
Salah seorang warga di Dukuh Sonorejo, Desa Sindurejo, Kecamatan Toroh, Grobogan mengeluh sudah kesulitan mendapat air bersih sejak lima bulan yang lalu.
"Desa kami sudah dilanda kekeringan sejak bulan 5. Sampai sekarang. Susah mendapatkan air bersih di sumur rumah kami," kata seorang warga setempat ditemui detikcom di depan rumahnya.
Selama ini, warga terpaksa membeli air seharga Rp 150 ribu per 5.000 liter. Air itu untuk kebutuhan cuci, minum, mandi, dan lainnya. Air tersebut untuk kebutuhan dua anggota keluarganya selama satu bulan.
Warga setempat lainnya, Pajiyo (65) mengaku bersyukur karena hari ini, desanya mendapatkan bantuan air bersih yang digelontorkan melalui PMI Grobogan.
"Sejak Mei desa kami kekeringan. Baru ini kami mendapatkan bantuan air bersih. Kami bersyukur," kata Pajiyo.
Di desa itu, tampak ratusan warga langsung mengeluarkan jeriken, ember, gentong, dan lainnya untuk antre bantuan air bersih.
Kasi Pelayanan PMI Grobogan, Gesit Kristyawan, mengaku baru mendapatkan laporan kekeringan di desa ini kemarin.
"Desa ini baru mendapatkan bantuan air bersih. Kami baru mendapatkan laporan warga kemarin," kata Gesit di lokasi drop air bersih. dtc