Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Gubernur Sumatra Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi, mengatakan, situs Benteng Putri Hijau bukan hanya milik Sumatra Utara (Sumut), namun juga sebagai warisan dunia yang harus dipertahankan.
Hal itu dikatakan Gubsu saat memberikan arahan pada peluncuran museum situs Benteng Putri Hijau di Hotel Santika Dyandra, Medan, Sabtu (27/10/2018). "Benteng tersebut bukan hanya milik Sumut, bukan milik Indonesia, melainkan dunia," ujarnya.
Menurut Gubsu, sudah ada ribuan rumah berdiri di atas situs warisan sejarah dunia tersebut. Hal itu harus segera dibenahi serta usaha-usaha untuk itu harus dipertahankan. "Ini akan kita komunikasikan, kita inventarisir dari seminar-seminar nanti, kemudian akan kita benahi sedapat mungkin," tuturnya.
Sebagai situs dunia, ujar Gubsu, Benteng Putri Hijau harus segera diperhatikan dan dibenahi. "Kalau kita diamkan terus, nanti kita seperti tidak bermoral," katanya. Kepada media, Gubsu berharap agar ikut mengimbau masyarakat untuk menjaga situs-situs bersejarah.
Selain itu, Gunsu pun mengimbau masyarakat terus menjaga adat dan budaya yang sudah mengakar di dalam diri masyarakat Sumut. Contohnya, dengan melestarikan pakaian adat masing-masing suku di Sumut. "Hilang kalau kita begini terus. Kalau kita tak usaha ini hilang. Kita harus usaha. Tegakkan apapun sukunya, kekayaan adat budaya ini harus kita pertahankan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Ichwan Azhari, menyebutkan Benteng Putri Hijau sebagai situs yang luar biasa. Situs itu tak hanya menyimpan jejak sejarah Kerajaan Aru yang jadi titik awal, tapi ternyata juga jadi situs sangat penting, yang tidak diketahui sebelumnya.
Sebelum Kerajaan Aru berdiri, lanjut Ichwan, situs itu digunakan sebagai bekas hunian kuno dari 5000 tahun lalu. Di situs tersebut terdapat jejak kehidupan prasejarah. Selain itu, juga ditemukan peluru asing dari Turki, mata uang aceh dan lainnya yang menunjukkan situs itu punya peran penting di masa lalu. "Ini memperlihatkan lintas negara, karena di benteng itu ada serangan yang melibatkan Turki dan Aceh. Berarti ini, pertahanan yang luar biasa," ungkapnya.
Benteng Putri Hijau terbuat dari tanah. Letaknya di Desa Deli Tua, Kecamatan Namu Rambe, Deli Serdang. Situs itu merupakan peninggalan Kerajaan Aru yang berkuasa di Pantai Sumatra Timur abad ke-13. Museum Situs Benteng Hijau sendiri merupakan pengembangan galeri Benteng Putri Hijau yang telah berdiri sejak 2015.
Pada kesempatan itu, juga ditandatangani MoU antara Gubsu Edy Rahmayadi dengan Pusis Unimed dan Universitas Panca Budi. MoU tersebut meliputi tiga bagian, mengenai pemetaan situs Benteng Putri Hijau, pembuatan animasi Situs Benteng Putri Hijau, serta pelaksanaan seminar internasional mengenai peran penting perdagangan Kerajaan Aru dan Benteng Putri Hijau di masa lalu.
Turut hadir pada kesempatan itu, Sekdaprov Sumut, Hj R Sabrina; Bupati Deli Serdang, Ashari Tambunan; Kadis Pariwisata Sumut, Hidayati; Rektor Universitas Panca Budi, Muhammad Isa Indrawan; Pembina Museum Situs Benteng Putri Hijau, Syarifuddin Siba, para Sultan di antaranya Sultan Serdang, Kualuh dan Langkat serta para sejarawan.