Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Setelah sekitar dua minggu sejak jatuhnya Lion Air PK-LQP, tim DVI masih berusaha mengidentifikasi jenazah para korban. Kurangnya data sekunder, seperti pakaian dana ciri-ciri fisik, membuat Tim DVI menggantungkan harapan pada data DNA.
"Namanya identifikasi, ada beberapa hal yang utama adalah identifikasi yang sifatnya primer itu ada dontologi forensik, kemudian ada sidik jari, ini proses yang bisa dikatakan lebih cepat karena sidik jari dengan adanya alat yang dimiliki tim Inafis itu bisa mempercepat, dontologi juga kalau ada data antimortem dan postmortemnya terkait dengan rekam medis daripada gigi itu juga akan mempercepat," kata Kepala Pelayanan Kesehatan Rumkit Polri Sukanto Kombes Sumirat saat konferensi pers di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (15/11/2018).
"Yang terakhir saat ini adalah DNA. DNA kalau sudah terakhir tidak bisa teridentifikasi dan memang mungkin nanti ada batasan waktu setelah semua sampel ini. Saat ini sebelum semua sampel mengeluarkan hasil, kita masih menunggu. Mudah-mudahan sampai hasil terakhir nanti sampel semuanya mengeluarkan hasil, ya mudah-mudahan semakin banyak yang teridentifikasi," jelasnya.
Sumirat mengatakan proses identifikasi akan mengalami kesulitan jika data DNA tidak ada. Apalagi sejauh ini data sekunder yang diperoleh juga sangat minim.
"Kalau DNA sudah tidak ada, ya sudah tidak lagi proses identifikasi yang bisa dilakukan, karena itu yang primer kalau yang sekunder kan data pakaian, aksesori, dan sebagainya properti itu yang sekunder. Jadi kita hanya berharap pada yang primer, khususnya pada DNA ini," tutur Sumirat.
"Jadi kita ketahui pada postmortem ini data sekunder itu sangat minim, bahkan bisa dikatakan tidak ada sekarang ini. Jadi satu-satunya kita hanya menunggu teman-teman yang dari Inafis masih terus berproses untuk mencoba data data sidik jari, yang terakhir adalah sampel dari pada yang akan dicocokkan oleh tim laboratorium," jelasnya.
Sumirat juga menyatakan adanya kesulitan DNA untuk teridentifikasi bisa jadi karena sampel yang sudah terlalu lama.
"Terjadi, pertama, tidak munculnya data profile daripada DNA yang ada, yang kemudian muncul tapi sangat minim atau low profile. Sehingga ini dilakukan pemeriksaan ulang di laboratorium untuk bisa mengidentifikasi sampai semisal mungkin jadi kita sampai bisa menghasilkan profile DNA yang bisa dibaca," imbuh Sumirat.
Hingga Rabu (14/11) kemarin, sebanyak 89 jenazah dapat diidentifikasi. Empat jenazah yang kemarin teridentifikasi adalah:
1. Robert Susanto, laki-laki, usia 56 tahun, melalui DNA
2. Nikky Bagus Santoso, laki-laki, usia 35 tahun, melalui DNA
3. Shella, perempuan, usia 25 tahun, melalui DNA
4. Zuiva Puspita Ningrum, perempuan, usia 39 tahun, melalui DNA
Pesawat Lion Air rute Jakarta-Pangkalpinang jatuh di perairan Karawang pada Senin (29/10). Total penumpang dan kru pesawat sebanyak 189 orang.
KNKT saat ini masih mencari cockpit voice recorder (CVR) black box Lion Air nomor penerbangan JT 610 tersebut. Sedangkan flight data recorder (FDR) black box masih dianalisis.(dtc)