Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Di pasaran dunia, beredar sekitar 70 jenis minyak atsiri. Indonesia sebagai negara yang memiliki 40 jenis tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri merupakan negara penting dalam pasar minyak atsiri dunia. Nilam salah satunya. Indonesia menjadi pemasok 90% kebutuhan minyak nilam di dunia.
Hal itu dikatakan Ketua Dewan Atsiri Indonesia (DAI), Robby J Gunawan, dalam Konferensi Nasional Minyak Atsiri (KNMA) 2018 yang digelar di Medan, 26-27 November 2018. Dia pun menyatakan, ekspor minyak atsiri dari Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan.
Negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor minyak atsiri adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa. Jika ditotal, nilainya mencapai USD 300 juta per tahun. Ekspor tersebut dilakukan 50 eksportir yang secara rutin dan aktif mengekspornya ke berbagai pasar dunia. Menurut Robby J Gunawan, peluang ke depan akan semakin terbuka lebar seiring dengan terus berkembangnya kebutuhan dunia terhadap minyak atsiri.
Dia menambahkan, bergairahnya pasar minyak atsiri tak hanya karena pasar dunia yang terbuka lebar. Kebutuhan produk turunan hilir pengguna minyak atsiri di dalam negeri juga berkembang pesat. Hal itu tentu saja berimbas pada gairah petani untuk mengembangkan tanaman yang menghasilkan minyak atsiri.
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah adalah 2 provinsi yang dalam 5 tahun terakhir menunjukkan keberhasilannya dalam pengembangan tanaman penghasil minyak atsiri. Sumatera Utara, juga berpotensi besar dalam pengembangan minyak atsiri seperti nilam dan serai wangi. Selain itu, secara umum, Sumut juga belum mengembangkan minyak atsiri dari hasil hutan bukan kayu seperti kemenyan atau benzoin, gurju.
Gaharu, Robby J Gunawan, juga berpotensi, namun ada beberapa hal yang harus dipastikan dengan pengembangannya yang harus berkesinambungan karena berkaitan dengan undang-undang dan Convention on International Trade in Endangered Species (CITES). "Tapi kayu putih, kapur barus atau kamper potensial dikembangkan di samping nilam dan sereh wangi," katanya.
Mengenai konversi lahan dari tanaman minyak atsiri ke komoditas lain, Dewan Atsiri Indonesia harus tanggap bahwa telah terjadi perubahan nilai-nilai sosial yang berimbas pada perubahan lahan atau komoditas yang ditanam. "Kita harus sadar dan harus memberi penjelasan secara transparan kepada petani tentang nilai ekonomisnya jika mau menanam dan mengembangkan komoditas mintak atsiri," ujarnya.
Robby tak menyangkal bahwa fluktuasi harga bisa terjadi. Seluruh pelaku minyak atsiri harus sadar bahwa fluktuasi harga bisa ditekan jika rantai pasoknya efisien. Jika rantai pasok terlalu panjang karena banyak perantara, yang dirugikan yang di hulu, yakni petani.
Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, dalam sambutan tertulis yang dibacakan perwakilan dari Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian menyebutkan minyak atsiri merupakan salah satu hasil dari komoditas perkebunan yang bernilai ekspor tinggi dan telah memberikan devisa bagi Indonesia.
Minyak atsiri memiliki berbagai macam manfaat, di antaranya sebagai wewangian (pada kosmetik, produk perawatan tubuh), minyak aroma terapi, minyak gosok (untuk masuk angin, penghangat badan, karminatif), pengharum ruangan, dan penolak serangga.