Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Udang kelong merupakan salah satu hasil tangkapan nelayan di Desa Kuala Besar, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut). Namun, kini nelayan semakin sulit mendapatkannya di laut karena faktor alam. Di samping itu, harganya pun harus bersaing dengan udang dari tambak.
Wak Zul, seorang nelayan tradisional di Desa Kuala Besar, kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (30/11/2018), mengatakan, udang kelong hasil tangkapan nelayan di laut sebenarnya banyak dicari konsumen karena memiliki rasa yang berbeda dan lebih segar dibandingkan udang hasil pertambakan. Namun, kini jenis udang tersebut tidak banyak lagi yang bisa ditangkap nelayan.
Dari pagi hingga sore, seorang nelayan tradisional paling hanya bisa menangkap 7-8 ekor saja. Wak Zul yang juga menampung udang dari nelayan lainnya, harus mengumpulkan udang kelong dari banyak nelayan. Dia menjualnya dalam tiga ukuran yakni A, B dan C. Ukuran A (besar), dia jual Rp 100.000/kg, ukuran B (sedang) dijual dengan harga Rp 80.000/kg dan ukuran C (kecil) dijualnya Rp 60.000/kg. Saat ini harga jual udang kelong masih normal. Ada saat-saat tertentu ketika harganya anjlok hingga 50% seperti yang terjadi beberapa bulan lalu.
Menurut Wak Zul, udang kelong hasil tangkapan nelayan tradisional biasanya akan jatuh harganya ketika udang dari pertambakan memasuki musim panen. "Kalau sudah panen udang dari tambak, jatuh lah harganya. Tapi kalau bagi orang yang sering makan udang, dia pasti akan pilih udang dari alam karena rasanya lebih enak dan segar. Beda dengan udang tambaknya yang pakannya kimia," jelasnya.