Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Deli Serdang. Siapa yang tak kenal dengan pisang barangan atau yang sering dikenal dengan pisang Medan. Pisang tersebut dihasilkan dari beberapa kecamatan di Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, seperti Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu dan Sibiru-biru. Mereka tetap memiliki optimisme tinggi membudidayakan pisang barangan sebagai salah satu buah unggulan.
Seorang petani pisang barangan dari Desa Durian Tinggung, Kecamata STM Hulu, Ikutan Tarigan, mengatakan, pertanaman pisang di desanya sudah ada sejak tahun 1980-an. Luas pertanaman pisang barangan di desanya sekitar 15 - 20 hektare. Dari luas tersebut, setengah hektarenya adalah lahan miliknya yang ditanami sebanyak 500 batang. Saat ini umurnya masih 5 - 6 bulan
Menurutnya, ada dua jenis pisang barangan yang ditanam petani, yakni yang di dalamnya berwarna merah dan putih. Dari segi rasa, yang di dalamnya berwarna merah lebih manis dan lebih digemari oleh masyarakat. Harganya pun lebih tinggi yang di dalamnya berwarna merah. Petani di desanya bertanam pisang barangan dengan sistem tumpang sari.
Pada saat pertanaman pisang berusia 3- 4 bulan atau ketika tinggi tanaman mencapai 1 meter, di lahan yang sama petani juga menanam padi darat. Sehingga ketika padinya mulai panen, beberapa minggu kemudian petani juga memanen pisang barangan.
Dikatakannya, yang masih menjadi kendala adalah kurangnya pemahaman petani terhadap bibit yang ditanamnya. Petani tidak bisa membedakan bibit yang mengasilkan pisang barangan yang di dalamnya berwarna merah atau putih. Bibit tersebut biasanya diambil secara acak dari pohon pisang yang sudah tua.
Selain itu, petani juga dipusingkan oleh serangan hama dan penyakitnya, seperti fusarium atau mati gadis dan bunchy top. Maka tidak heran jika luasan lahan pertanaman pisang barangan terus berkurang.
"Ada pemahaman petani seperti ini, tanam pertama hasilnya biasa aja, tanam kedua, sudah ada gejala, tanam ketiga sudah merajalela, jadi biasanya hanya dua kali lalu diganti tanaman lain," katanya.
Dia mencontohkan, saat ini di lahannya merupakan pertanaman kedua. Dia memprediksi hasilnya akan berkurang. Jika pertanaman pertama tahun lalu hasilnya 90% berhasil, kali ini kemungkinan hanya 85%. Untuk satu tandan, bisa menghasilkan 6 - 7 sisir. Tiap sisir beratnya di bawah 1 kg, 1,5 kg dan 2 kg.
Setia Budi Barus, petani di Desa Sarilaba Jahe, Kecamatan Sibiru-biru, mengatakan, di Kecamatan Sibiru-biru terdapat sekitar 50-an hektare lahan pisang barangan. Pada kelompok tani yang diketuainya, mengelola 15-20 hektare.
Menurutnya, ada perbedaan pisang barangan dari STM Hulu dan Sibiru-biru. Menurutnya, pisang barangan dari desanya lebih manis, beraroma dan produktifitasnya lebih tinggi. Hal tersebut menurutnya bisa jadi disebabkan oleh faktor kesuburan tanam dan cuaca.
Dia mencontohkan, untuk pisang barangan dari bibit kultur jaringan, di Sibiru-biru bisa menghasilkan 8-9 sisir. Tiap sisirnya, berdasarkan panen di lahannya beberapa waktu lalu bisa menghasilkan 5,7 kg. Walaupun demikian, menurutnya, pertanaman pisang barangan di Sibiru-biru memang lebih rentan terserang fusarium dan lainnya.
Dinas Pertanian Deli Serdang dan Sumut sudah memberikan bantuan bibit dan trichozia. Tahun lalu yang diberikan trichoderma. Mengenai manjur atau tidaknya trichozia, kata dia, bisa dilihat pas umurnya di atas 7 bulan.
"Karena kan ini baru diaplikasikan. Tidak langsung menunjukkan perbedaan," kata Ketua Kelompok Tani Mekar Sarilaba Jahe ini.
Kepala Dinas Pertanian Deli Serdang, Syamsul Bahri, Senin (3/12/2018) mengatakan, di Deli Serdang, terdapat tiga kecamatan yang menjadi sentra produksi pisang barangan, yakni STM Hulu, STM Hilir dan Sibiru-biru. Pihaknya membantu petani dengan memberi bibit pisang barangan dari kultur jaringan. Di kantornya tahun ini merehab membangun lab untuk membuat bibit pisang barangan dari kultur jaringan.
Apalagi, menurutnya, selama ini sudah ada serangan fusarium. Cara mengatasinya adalah dengan meperbaiki bibitnya. Dengan kltur jaringan, menurutnya, diharapkan serangan bisa dikendalikan karena memiliki ketahanan lebih tinggi.
"Kita terus kembangkan tetapi untuk itu kita mengadakannya dari lab lain kita beli untuk diserahkan ke masyarakat," katanya