Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. China menyampaikan pesan penting dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos. China meminta agar dunia tak perlu memiliki ketakutan yang berlebihan terhadap perekonomiannya.
Pesan itu disampaikan oleh Wakil Presiden Wang Qishan dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia. Dia mengatakan bahwa bagi negaranya pertumbuhan ekonomi masih penting untuk fokus pada jangka panjang.
"Akan ada banyak ketidakpastian pada 2019, tetapi sesuatu yang pasti adalah bahwa pertumbuhan China akan berlanjut dan akan berkelanjutan," ujarnya dilansir dari CNN, Kamis (24/1/2019).
Seperti diketahui awal pekan ini, China melaporkan bahwa ekonominya tumbuh 6,6% pada 2018. Laju pertumbuhan itu merupakan paling lambat dalam hampir tiga dekade.
Aktivitas ekonomi China telah terpukul oleh upaya pemerintah untuk mengendalikan tingkat utang yang tinggi dengan tujuan menempatkan ekonomi yang luas pada pijakan yang lebih stabil. Momentum ekonomi juga telah tumpul oleh perang dagang dengan Amerika Serikat, yang telah menyebabkan kenaikan tarif dalam ekspor Cina.
Namun menurut Wang, catatan pertumbuhan ekonomi itu tidak begitu buruk.
"Saya pikir (6,6%) adalah angka yang cukup signifikan. Tidak rendah sama sekali," tambahnya.
Wang mengatakan bahwa bagi Partai Komunis kecepatan itu penting, tetapi yang benar-benar penting saat ini adalah kualitas dan efisiensi pembangunan.
Fang Xinghai, wakil ketua Komisi Regulasi Sekuritas China, mengatakan bahwa pertumbuhan serendah 6% tidak akan menjadi bencana. Namun, kekhawatiran tentang perlambatan China dan apa artinya bagi pertumbuhan global telah mengguncang pasar.
Chen Xingdong, kepala ekonom China di BNP Paribas, mengatakan bahwa Beijing menghadapi situasi ekonomi yang paling sulit sejak krisis keuangan global.
China mendukung pertumbuhan melalui kombinasi kebijakan moneter yang lebih longgar dan stimulus fiskal seperti pemotongan pajak untuk bisnis kecil.
Penjualan ritel di China diperkirakan akan mencapai lebih dari US$ 5,6 triliun tahun ini, sekitar US$ 100 miliar lebih tinggi dari di Amerika Serikat. Akan tetapi momok dampak negatif dari perdagangan yang lebih mengkhawatirkan.
China dan Amerika Serikat sendiri sudah mulai berlomba untuk memotong kesepakatan perdagangan sebelum 1 Maret, ketika tarif barang-barang Cina senilai US$ 200 miliar akan naik menjadi 25% dari 10%. Negosiasi dengan para pejabat tinggi dijadwalkan akhir bulan ini di Washington, meskipun undangan yang dikirimkan pihak Beijing untuk mengadakan pembicaraan pendahuluan minggu ini ditolak oleh Gedung Putih.
BNP Paribas melihat peluang 60% hingga 70% bahwa kesepakatan perdagangan AS-Cina akan terlaksana. (dtf)