Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Omzet perusahaan yang bergerak dibidang grafika merosot 15% hingga 20%. Kondisi ini dirasakan pelaku usaha sejak dua tahun terakhir, seiring dengan perkembangan teknologi digital.
Seperti diungkapkan pelaku Industri Grafika, Saino dari Central Print, Minggu (30/6/2019), sejak dua tahun terakhir penurunan omzet mulai terasa. Terutama untuk produk seperti piagam, kulit buku, leaflet, formulir, undangan, kalender.
Kemajuan teknologi saat ini sebutnya membuat kostumer beralih. Seperti di perbankan misalnya, jika selama ini dalam melakukan penarikan atau setoran menggunakan formulir, namun saat ini sudah tidak lagi. Bahkan sambungnya ada yang cukup dengan aplikasi saja dalam melakukan transaksi.
Imbas dari digitalisasi ini salah satunya paling terasa untuk orderan kalender. Biasanya Saino mengaku setiap tahun rutin menerima orderan kalender. Namun mulai tahun lalu, sudah sepi orderan. "Biasanya setiap tahun ada pesanan dari PTPN sampai 30.000 lembar, mulai lalu, tidak cetak," ujarnya.
Selain itu, cetak undangan juga akunya selalu banyak. Namun dengan era digital saat ini, masyarakat juga mulai beralih ke undang digital.
Hal tidak berbeda diungkapkan pelaku industri grafika lainnya, Umsari Nasution dari CV Berkat Mandiri Baru. Dia mengaku dua tahun terakhir omzet industrinya juga merosot hingga 15%. "Iya sejak digitalisasi ini ada pengaruhnya. Omzet kita turun 10 sampai 15 persen,"ujarnya.
Umsari mengaku penurunan tersebut dirasakan sejak dua tahun terakhir. Meski begitu baik Umsari maupun Saino mengaku bisnis grafika ini tidak akan bisa mati karena akan tetap dibutuhkan.
Hanya saja omsetnya tidak seberjaya dulu. Karena untuk bisa eksis harus bisa 'jemput bola' karena pasarnya tergantung relasi dan langganan. "Kalau saya insyaallah masih punya pasar keluar kota seperti Aceh, Bireun," ujar Saino.
Dia menambahkan pengguna jasanya lebih didominasi korporate, tidak hanya di Kota Medan namun juga di berbagai daerah di Sumatra.
Bahkan moment seperti pilkada dan pemilu baru-baru ini sambungnya menjadi kesempatan yang sangat tunggu-tunggu. Karena akan banyak orderan datang untuk kebutuhan perangkat kampanye.
"Kalau orderan rutin tetap saja tapi tidak seperti tahun 90 an,"ujar Saino yang mengaku sudah 30 tahun bergerak diindustri grafika ini.
Penurunan omzet ini akunya terjadi secara bertahap. Mulai dari 5 hingga10 persen, dan terus menurun hingga seperti saat ini dikisaran 15% hingga 20%.