Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Anggota DPRD Sumatera Utara, Wasner Sianturi (PDI Perjuangan) prihatin atas serbuan buah-buahan impor, kkhususnya dari Cina yang memenuhi pasar di Sumut. Durian, jeruk, anggur dan sebagainya, produk dari negara tirai bambu atau negara lainnya itu, membanjiri. Buah-buahan lokal terpinggirkan, kalah bersaing.
Wasner merasa heran kenapa para petani Sumut tidak mampu bersaing yaitu dengan menghasilkan produk buah berkwalitas sesuai tuntutan pasar. Jangankan ekspor, di pasar domestik pun kalah. Seharusnya para petani lokal bisa menghasilkan produk buah-buahan yang baik. Terlebih diera sekarang ini dimana harga komoditas karet dan kelapa sawit sedang anjlok, tidak bisa diandalkan.
Menurutnya, penyebabnya adalah tidak adanya tenaga penyuluh yang mendampingi dan membimbing para petani agar mampu menghasilkan produk buah berkwalitas. Fakta tersebut disampaikannya pada rapat dengar pendapat Komisi B DPRD Sumut dengan Dinas Perkebunan kemarin (17/7/2019). Hadir Kepala Dinas Perkebunan Sumut, Herawati.
"Bahkan untuk menentukan jarak tanam antar pohon pun petani kita tidak paham, itu yang sering saya amati. Apalagi untuk peningkatan kwalitas buah, penanganan pasca panen dan sebagainya, mereka tak mampu. Itu karena tidak ada tenaga penyuluh yang mendampingi, seharusnya pemerintah menyediakan," ungkap Wasner pada rapat yang dipimpin Ketua Komisi, Robby Anangga, itu.
Menanggapi kritik Wasner, Herawati menyatakan saat ini terdapat 3000-an tenaga penyuluh di Sumut. Sesuai jumlah desa di Sumut, sekitar 5000-an, terdapat kekurangan tenaga penyuluh. Sesuai ketentuan untuk setiap desa harus ada satu penyuluh. Oleh karena itu masih dibutuhkan tambahan kurang lebih 2000 penyuluh.
Katanya, sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 34/2017, perekrutan tenaga penyuluh kewenangannya berada di pusat. Selanjutnya disalurkan ke setiap kabupaten/kota untuk dipekerjakan, penggajiannya jadi tanggung jawab daerah.
"Tenaga penyuluh itu sifatnya polivalen. Mereka juga jadi penyuluh untuk perikanan dan peternakan, tidak hanya perkebunan. Kewenangan tidak ada di daerah untuk merekrut," ujar Herawati.
Robby meminta Herawati membicarakan kekurangan tenaga penyuluh tersebut agar bisa ditambah. Sehingga kekurangan satu desa satu tenaga penyuluh terpenuhi.
"Ujung tombak kemajuan petani kita ada pada tenaga penyuluh, untuk itu jumlahnya harus ditambah," tegas Robby.