Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan saat ini masih ada banyak dana-dana yang tak tercatat di sektor formal. Darmin menyebut hal itu terjadi gara-gara masih banyak orang yang menyimpan uangnya di dalam lemari.
Darmin mengatakan, saat ini ekonomi dalam negeri membutuhkan modal jangka pendek atau short term capital inflow. Sebab, peranan modal asing yang masuk tak menunjukkan kemajuan lantaran masih di angka 40% di pasar surat berharga pemerintah.
"Peranan modal asing, terutama modal jangka pendek. Kalau FDI tidak ada masalah. Tidak akan dia bawa lari lagi itu pabrik yang dia bangun di sini. Tapi kelihatannya kita makin lama, makin banyak perlu short term capital inflow, portofolio investment," kata Darmin di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (9/8/2019).
Agar modal asing tersebut tak cepat habis, kata Darmin, maka dibutuhkan dari dalam negeri. Sayangnya, masih banyak dana-dana potensial yang tak tercatat di sektor formal.
"Apa yang harus dilakukan, paling tidak kita lihat ada banyak sekali awal mula dari ini sebenarnya, satu saving kita terlalu rendah dibanding investment yang dibutuhkan. Saving yang saya adalah maksud effective saving. Apa itu effective saving, yang ada di keuangan formal masih terlalu banyak yang tidak pernah mampir, di sektor keuangan formal," kata Darmin.
Darmin bilang, dana-dana yang tak tercatat di sektor formal itu gara-gara masih rendahnya tingkat inklusi keuangan. Karenanya, masih banyak orang yang menyimpan uangnya di dalam lemari dibanding menabung ke layanan perbankan.
Untuk itu, kata Darmin, saat ini pihaknya bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang menyiapkan program besar untuk mendorong tingkat inklusi keuangan ke arah yang lebih tinggi.
"Tidak berarti dihamburkan uang itu. Banyak orang yang masih simpan dalam lemari sedikit-sedikit, lama-lama dia beli tanah. Nah itu dia mekanismenya, sehingga banyak dana tidak masuk (tercatat)," katanya.
"Coba perhatikan, kredit kita sekarang pertumbuhannya berapa, kira-kira 11-12%. DPK kira-kira 7%. Berarti ada gap. Nah kita harus handle itu. Keuangan inklusif benar-benar harus kita dorong. Saya, Kemenko Ekonomi dengan OJK sedang siapkan program besar-besaran untuk dorong keuangan inklusif ini," tutup Darmin.(dtf)