Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Produk kelapa sawit Indonesia berkualitas baik dan memiliki keunggulan pada level kepercayaan berdaya saing di pasar global. Apalagi produk kelapa sawit penghasil devisa negara.
"Jadi jangan takut untuk merebut pasar global tersebut dari Malaysia. Indonesia mampu meraih itu semua, " ucap Dr Ir Nurdin Tampubolon MM dalam orasi ilmiahnya tentang peran kelapa sawit dalam perekonomian nasional dan memandirikan masyarakat melalui peningkatan daya saing di pasar global, sekaligus pada sidang terbuka Universitas Sumatera Utara (USU) di Auditorium USU, Selasa (24/9/2019).
Dari hasil penelitian daya saing, tampak bahwa Indonesia masih belum mencapai daya saing yang optimal. Hal ini juga terjadi pada industri kelapa sawit Indonesia. Meskipun luas areal pertanaman kelapa sawit Indonesia 7,80 juta hektare jauh lebih besar dari pada Malaysia 3, 38 juta hektare, namun Malaysia justru menjadi penentu harga atau price maker CPO di pasar internasional. Sedangkan Indonesia hanya sebagai price taker.
Menurut dia, CPO telah menjadi komoditas dunia, maka perusahaan kelapa sawitnya Indonesia perlu bertranformasi menjadi perusahaan berkelas dunia agar mampu bersaing di pasar internasional. Kata Nurdin, areal pertanaman kelapa sawit yang luas tidak menjamin industri kelapa sawit Indonesia mampu bersaing dengan negara lain.
Hal ini diindikasikan dari tingkat produktivitas yang masih rendah, kurangnya pengembangan industri hilir yang fokus pada produk akhir dan minimnya fasilitas pemerintah dalam mendorong kelapa sawit.
Apalagi pasar bebas memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing produk CPO di mancanegara. Kesempatan dan kejadian dapat menjadi pendorong atau sebaliknya menjadi faktor pembatas dalam aktivitas suatu perusahaan di pasar internasional.
Kompleksnya bisnis di pasar internasional yang melibatkan banyak negara Indonesia untuk meningkatkan daya saing.
Diharapkan, konsep keunggulan daya saing berkelanjutan dipahami sebagai pemanfaatan sumber daya dan kompetensi inti untuk mengembangkan keunggulan yang berkelanjutan di masa depan.
Dalam industri kelapa sawit yang berorientasi ekspor, efisiensi juga memberikan pengaruh positif terhadap perdagangan internasional.
"Usaha yang dikelola secara efisien memiliki keunggulan kompetitif. Jika perusahaan secara konsisten mampu menghasilkan produk sesuai kriteria untuk sebagian besar konsumen pada target pasar, maka perusahaan memiliki daya saing berkelanjutan, " jelasnya.
Karena itu, sudah saatnya perkebunan sawit nasional naik kelas kepada fase pembangunan yang digerakkan oleh peningkatan produktivitas baik melalui pemanfaatan barang - barang modal maupun pemanfaatan inovasi - inovasi teknologi. Jadi peningkatan produksi minyak sawit yang bersumber peningkatan produktivitas minyak per hektar, jauh lebih berkualitas dan berkelanjutan baik secara ekonomi, sosial maupun ekologis, tandasnya.