Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Pemerintah akan menggenjot ekspor tumbuh 22% selama 5 tahun ke depan. Untuk menuju hal tersebut, sejumlah hal perlu dilakukan.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menjelaskan, ekonomi Indonesia memang belum tergantung pada perdagangan luar negeri. Mayoritas masih ditopang oleh aktivitas dari ekonomi dalam negeri.
Sementara, lanjutnya, untuk ekspor sendiri dominan masih berupa produk komoditas dan minyak serta gas bumi (migas).
"Sekarang kita 56% ekonomi domestik. Kalau kita lihat sumber ekspor belum terdiversikasi masih sekitar 65% komoditas plus minyak dan gas.
Memang, kondisi itu lebih baik dibanding tahun 1980-an di mana ekspor komoditas dan migas mencapai 89%. Dia bilang, untuk mengejar target ekspor ialah melakukan diversifikasi produk.
"Waktu itu harga minyak jatuh 1980 akhir, kita mulai melakukan upaya untuk meningkatkan ekspor non migas. Itu banyak kebijakan waktu itu untuk dorong ekspor. Nah itu bisa dilakukan sekarang. Waktu itu memilih beberapa produk unggulan untuk mendorong ekspor non migas," jelasnya.
"Contohnya kayu lapis waktu itu, jadi dulu kan kita ekspor mentah log, waktu itu pemerintah mewajibkan ekspor diolah itu dulu," ujarnya.
Kemudian, untuk menggenjot ekspor Indonesia perlu menjadi bagian dalam rantai nilai tambah global (global supply chain). Untuk masuk menjadi bagian dari rantai ini Indonesia mesti mendatangkan invetasi.
"Kedua harus masuk global value change, jadi negara lain seperti Vietnam untuk produk elektronik misalnya sudah masuk ke dalam rantai nilai tambah global tadi. Untuk kita relatif nggak ada, mungkin otomotif beberapa merek tertentu," ujarnya.
Dia mengatakan, Indonesia perlu mendatangkan para prinsipal untuk mendukung ekspor. Terkait hal ini, lanjutnya, pemerintah perlu melakukan perbaikan dari sisi perizinan maupun ketersediaan lahan.
"Yang kita undang prinsipal dulu, ibaratnya kalau main naga-nagaan kepala naga dulu. Setelah itu ngikut sub perusahaan penghasil spare part," tutupnya. dtc