Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Ancaman sampah di Kota Medan semakin mengerikan. Data Dinas Lingkungan Hidup menyebutkan setiap hari dihasilkan sekitar 2.000 ton sampah. Di tempat pembuangan akhir terlihat menggunung hingga ketinggian 4-5 meter.
Dalam seminar bertajuk 3R (reduce, reuse, recycle) - Vs - Metal Straw yang diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan (UPH), Kamis (21/11/2019), data mencemaskan itu disampaikan Kepala Dinas LH Kota Medan, Armansyah Lubis, melalui stafnya. Seminar di Istana Koki itu dihadiri 200-an mahasiswa, ditujukan untuk menyadarkan mereka terhadap bahaya sampah khususnya plastik.
Dijelaskan, ribuan ton sampah Kota Medan kebanyakan berasal dari rumah tangga, yakni 62%. Di mana 44% di antaranya adalah sisa makanan. Sampah plastik dan kertas masing-masing sebanyak 15% dan 11%. Rata-rata setiap warga menyumbang 0,7kg sampah per hari.
Terhadap fakta mengkhawatirkan itu, Armansyah mengajak seluruh warga, terlebih mahasiswa, agar mengubah mindsetnya agar tidak sembarangan membuang sampah. Sampah harus dibuang berdasarkan jenisnya. Organik, non organik atau yang lainnya. Agar lebih mudah diolah atau diurai.
"Diminta agar seluruh masyarakat di Kota Medan mengubah pola pikirnya tentang sampah. Karena masalah sampah adalah tanggung jawab bersama. Sesuai dengan UU No. 18/2008," tegasnya.
Terangnya, sesuai prinsip 3R, sampah harus dipilah. Tidak cukup hanya; kumpul, angkut dan buang. Terlebih dulu harus dipilah agar memudahkan pengolahannya.
Dosen FH UPH yang merupakan salah seorang pembicara, Andi Tonggo Michael Sihombing, menyatakan di negara-negara maju semacam Swedia sampah justru sumber berkah. Bukan persoalan pelik yang menimbulkan keresahan seperti di Medan. Sampah diubah menjadi sesuatu yang produktif yakni sumber energi listrik. Itu sebabnya Swedia menjadi negara pengimpor sampah terbesar di dunia.
Tentang metal straw yang disebut-sebut sebagai pengganti terbaik guna mengurangi penggunaan sedotan plastik, Andi Tonggo membantahnya. Selain memungkinkan mengakibatkan dampak buruk, kontribusi metal straw meminimalisir sampah plastik tidak signifikan. Cuma 0.375% dari seluruh sampah plastik yang dihasilkan.
Presiden Mahasiswa UPH, Amanda FY, menyebutkan pembicara lain di seminar adalah Sriani Ginting yang juga dosen serta Antonio Maro Sipayung dari WALHI Sumut.
"Kami hendak mengajak seluruh mahasiswa peduli terhadap bahaya sampah jika tidak sadar secara bersama-sama mengelolanya. Terlebih sampah plastik dimana Indonesia merupakan penghasil nomor dua terbesar di dunia," terang Amanda.