Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta.Impor gas elpiji pada tahun 2019 tembus 75% atau sebesar 5,7 juta metrik ton (MT). Pasalnya produksi elpiji dari kilang dalam negeri hanya memenuhi 25% kebutuhan atau sekitar 1,9 juta MT.
"Kami lihat dari sisi supply dan demand, kebutuhan elpiji 75% dari impor," ungkap Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas Kementerian ESDM, Alimuddin Baso dalam diskusi perubahan skema subsidi elpiji kg di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Kamis (30/1/2020).
Untuk mengurangi impor elpiji tersebut, pemerintah berencana membangun jaringan gas (jargas) untuk kebutuhan rumah tangga.
Alimuddin menuturkan, hingga akhir tahun 2019 sudah terealisasi pembangunan jargas nasional untuk 537.930 sambungan rumah (SR). Jargas tersebut dibangun dengan porsi 74,4% dari APBN, 24,72% oleh PGN, dan 0,87% oleh Pertamina.
"Khusus jargas dari 2009 sampai 2019 sekitar 537.930 SR," tutur dia.
Dari jargas tersebut, potensi penghematan impor elpiji sekitar 60.558 ton per tahun. Selain itu, dengan jargas tersebut, pemerintah juga berpotensi menghemat subsidi elpiji 3 kg sebesar Rp 33,25 miliar.
Namun, menurut Alimuddin, angka tersebut tak cukup. Sehingga, ke depannya, yakni 2020-2024, pemerintah menargetkan pembangunan 4 juta SR. Untuk tahun 2020, pemerintah menargetkan membangun 316.070 SR, tahun 2021 sebanyak 733.930 SR, 839.555 SR pada tahun 2022 dan tahun 2023 serta 2024 masing-masing 800.000 SR.
"Tahun 2020 kita rencanakan bangun 316.070 SR di titik-titik yang tersedia infrastrukturnya. Memang yang menjadi soal adalah proses pembangunannya. Kita tahu negara kita belum terintegrasi. Itu jadi PR (pekerjaan rumah)," papar dia.(dtf)