Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Bank Dunia meneropong kelas menengah di negara ini. Kelas menengah Indonesia kini terpantau sering travelling dan menghabiskan duit demi hiburan. Apakah Anda kelas menengah yang dimaksud Bank Dunia?
Bank Dunia menerbitkan laporan tahun 2019 berjudul 'Aspiring Indonesia-Expanding the Middle Class', dipublikasikan sejak Kamis (30/1) kemarin.
Laporan ini tidak melihat masyarakat Indonesia hanya sebatas kaya dan miskin saja, namun ada kelompok penting yang eksis, yakni kelas menengah. Begini persisnya lapisan-lapisan masyarakat berdasarkan pola konsumsinya:
1. Miskin: Di bawah garis kemiskinan. Nilai konsumsi Rp 354 ribu per bulan
2. Rentan: Di atas garis kemiskinan namun rentan menjadi miskin. Nilai konsumsi Rp 354 ribu sampai Rp 532 ribu per bulan.
3. Calon kelas menengah: Kelas yang belum sepenuhnya aman. Nilai konsumsi Rp 532 ribu sampai Rp 1,2 juta per bulan.
4. Kelas menengah: Kelas yang aman dari risiko jatuh ke kelas miskin atau kelas rentan. Nilai konsumsi Rp 1,2 juta sampai Rp 6 juta per bulan.
5. Kelas atas: Kelas paling sejahtera di Indonesia. Nilai konsumsinya lebih dari Rp 6 juta per bulan.
Pada 1967, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia cuma USD 657 per orang, menjadikannya sebagai salah satu negara paling miskin di dunia. Namun 50 tahun kemudian, pertumbuhan ekonominya 5,6% per tahun, PDB per kapita tumbuh enam kali lipat hingga nyaris USD 4.000.
Tingkat keberlanjutan dan pertumbuhan yang tinggi ini menjadi salah satu faktor pengurangan kemiskinan paling cepat dalam sejarah. Kini, sudah banyak kelas menengah yang tumbuh di Indonesia. Kelas menengah inilah yang menyusun hampir setengah dari konsumsi se-Indonesia, sekaligus penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
"Sekarang ada sekitar 52 juta kelas menengah Indonesia, atau satu dari lima orang Indonesia adalah kelas menengah," kata Bank Dunia.
Dengan kata lain, satu di antara lima orang Indonesia menghabiskan duit Rp 6 juta per bulan. Menurut pantauan Bank Dunia, duit sebesar itu dibelanjakan kelas menengah untuk jalan-jalan, untuk membeli hal-hal yang berkaitan dengan hiburan, hingga membeli mobil.
"Kelas menengah menghabiskan uang lebih banyak pada hiburan," kata Bank Dunia.
Pada lapisan Kelas Menengah 1, hanya 4% yang menghabiskan uang untuk hiburan. Namun pada lapisan Kelas Menengah 2, pengeluaran untuk hiburan meningkat menjadi 9%. Ini cuma selisih sedikit dari pengeluaran untuk hiburan dari Kelas Atas, yakni 11%. Ada lagi tanda utama kelas menengah.
"Berganti dari sepeda motor ke mobil adalah satu tanda kunci kelas menengah," kata Bank Dunia.
Kebanyakan orang Indonesia memang punya sepeda motor, termasuk orang miskin. Hampir 50 persen orang Indonesia punya sepeda motor. Namun kepemilikan mobil membedakan kelas menengah dengan kelas-kelas sosial-ekonomi di bawahnya.
Sekitar 1/4 kelas menengah punya mobil. Pada lapisan Kelas Menengah 1, kepemilikan mobil mencapai lebih dari 20%. Namun pada lapisan Kelas Menengah 2, kepemilikan mobil mencapai 60%. Pada Kelas Atas mencapai 80%.
Ada ciri lain lagi dari kelas menengah Indonesia. "Kelas menengah lebih suka bepergian (traveling), dan lebih sering untuk senang-senang," kata Bank Dunia.
Kelas menengah bepergian sekitar 40% lebih sering ketimbang kelas lain di Indonesia, sekitar 1,4 perjalanan per tiga bulan. Terlebih lagi, mereka lebih suka melakukannya untuk bersenang-senang.
Sedangkan setengah dari kelas-kelas di bawahnya bepergian bukan untuk bersenang-senang, melainkan untuk mengunjungi teman atau keluarga. Hanya sekitar 1/4 hingga 1/3 dari kelas-kelas di bawah kelas menengah yang travelling untuk piknik. Untuk kelas menengah, 40% dari mereka travelling untuk liburan bertamasya. dtc