Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Israwita ismail, ibu dari Shakila Naifah, 7 tahun, warga Pangkalan susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara mengetuk hati para dermawan untuk sudi membantu meringankan beban biaya pengobatan anaknya yang sejak lahir mengalami kelainan.
“Anak saya lahir 7 bulan prematur dan berat badannya 1 kg.Dulu waktu lahirnya prematur dirawat pake lampu seadanya,tanpa inkubator,” ungkapnya kepada medanbisnisdaily.com di Pangkalan Susu, Selasa (17/3/2020).
Israwita yang berstatus ibu tunggal ini menguraikan, perkembangan motorik anaknya lambat. “Umur 2 tahun baru bisa duduk, tapi belum bisa berdiri atau berjalan, setelah 3 tahun baru saya sadar kaki kirinya beda, agak lebih pendek dari kaki kanan. Setelah saya coba berobat kampung tidak berhasil saya coba berobat ke rumah sakit Pusat di Medan. Dan dari hasil pemeriksaan, kata dokter anak saya diagnosa cerebral palsy atau disebut lumpuh otak yaitu penyakit yang menyebabkan gangguan perkembangan otak yang disebabkan pada masa kehamilan atau saat proses persalinan atau tahun pertama setelah anak lahir,” terangnya.
Disebutkannya, dokter mengambil tindakan selanjutnya melakukan MRI, tubuh yang akan dipindai dan ditempatkan pada sebuah mesin dengan magnet yang kuat dan menghasilkan gambar berupa foto digital. Hasilnya adalah kelainan pada bagian otak kecilnya/belakang otak yang mempengaruhi gangguan gerakan motorik seperti merangkak, berjalan. Cerebellumnya kosong atau cairannya sedikit, tidak full seperti otak normal. “Makanya gerakan motorik anak saya lambat dan itu tidak bisa di buat full atau penuh lagi. Karena sudah bawaan lahir jadi anak saya harus difisioterapi latihan utk bisa mandiri,belajar gerakan motorik yang tertinggal,” ujarnya.
Tindakan selanjutnya dokter melakukan X-Ray (rontgen) pada kakinya dimana hasilnya tulang bonggolnya lepas dari sendi atau disebut dislokasi.
Di foto tersebut terlihat kaki sebelah kiri lepas dari sendi dan naik keatas sehingga kaki kirinya jadi lebih pendek dari kaki kanan. Dokter menyarankan untuk operasi agar tulang bonggol yang lepas itu dimasukkan ke sendinya lagi.
Langkah selanjutnya dokter melakukan tes BERA/tes pendengaran yang menggunakan alat kabel ditempelkan di kepala dan dibelakang telinga, pasien akan diperdengarkan berbagai suara di headphone dalam keadaan tidur dan hasil pemeriksaan tersebut ternyata anaknya tidak bisa mendengar.
Kedua telinganya dengan frekuensi 70db (gangguan dengar berat), setelah itu dokter melakukan tindakan EMG (elektromiografi) untuk mengevaluasi fungsi saraf dan otot dengan cara merekam aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot.
“Jadi Shakila agak disetrum setrum dikit karena mau lihat apakah sarafnya bereaksi atau tidak. Sewaktu disetrum kakinya, Shakila nangis, Alhamdulillah hasil tes EMG sarafnya normal,” ujar Israwita.
Saat ini Shakila harus fisioterapi dahulu selama 3 bulan untuk menguatkan otot ototnya sebelum menjalankan operasi pada kakinya. Shakila ikut terapi okupasi, terapi wicara dan terapi pediatric message.
Israwita memaparkan, dengan seiring berjalannya terapi , Shakila juga butuh alat bantu seperti sepatu penyangga yang harganya cukup mahal. Sepasang Rp 4juta karena sepatu itu didesign sesuai kebutuhannya.
“Fungsinya untuk belajar standing/berdiri, nanti setelah operasi harus beli lagi sepatu untuk belajar jalan dan harganya sepasang Rp 2 jutaan. Selain itu Shakila juga butuh alat bantu dengar yang harganya Rp 15 juta sepasang (kanan kiri), untuk memudahkan Shakila mendengar dan biar seiring dengan terapi wicara agar lebih mudah berkomunikasi dgn dokter terapi. Menurut Israwita, semua alat yang dibutuhkan itu tidak ditanggung BPJS.
“Saya sendiri tidak mempunyai tabungan sebanyak itu karena saya hanya kerja penjaga toko yang gajinya tidak sampai 1juta,” ucapnya lirih.
Bantuan dapat disampaikan langsung kepada Israwita berlamat di jalan T Minyak Pangkalan Susu, Langkat. No HP/WA 085361645912 atau bisa ditransfer melalui rekening BRI 7397-01005792533. Atas bantuan yang disampaikan, Israwita sebelumnya mengucapkan banyak terima kasih.