Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Data terbaru kasus positif virus Corona (COVID-19) semakin meningkat. Total saat ini ada 686 kasus yang terkonfirmasi positif di wilayah Indonesia.
Hal itu disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, yang disiarkan langsung pada kanal YouTube BNPB, Selasa (24/3/2020). Yuri--panggilan karibnya--turut menyampaikan sejumlah hal berkaitan dengan pencegahan penyebaran virus ini.
"Yang pertama seperti yang dipahami dan kita ketahui bersama bahwa beberapa fasilitas yang kemudian diubah menjadi rumah sakit darurat COVID-19 sudah beroperasional, salah satu yang akan saya laporkan adalah tentang Wisma Atlet," kata Yuri.
"Pada hari ini sudah ada 102 kunjungan dari pasien COVID-19 dan kemudian ada 71 yang langsung kita rawat dan 31 yang kemudian tidak perlu dirawat, secara umum kondisi mereka adalah dalam kondisi sakit ringan-sedang, ada dua yang kita lihat, ada faktor komorbid yang mempengaruhi oleh karena itu kita rujuk ke rumah sakit rujukan yaitu RSPAD yang waktu itu kita tempatkan," imbuhnya.
Berikut pernyataan lengkap terbaru dari Yuri per tanggal 24 Maret 2020:
Yang pertama seperti yang dipahami dan kita ketahui bersama bahwa beberapa fasilitas yang kemudian diubah menjadi rumah sakit darurat COVID-19 sudah beroperasional, salah satu yang akan saya laporkan adalah tentang Wisma Atlet. Pada hari ini sudah ada 102 kunjungan dari pasien COVID-19 dan kemudian ada 71 yang langsung kita rawat dan 31 yang kemudian tidak perlu dirawat, secara umum kondisi mereka adalah dalam kondisi sakit ringan-sedang, ada dua yang kita lihat, ada faktor komorfid yang mempengaruhi oleh karena itu kita rujuk ke rumah sakit rujukan yaitu RSPAD yang waktu itu kita tempatkan
Kita memang dari awal merencanakan bahwa rumah sakit-rumah sakit tambahan ini adalah bagian dari isolasi rumah sakit atau karantina rumah sakit. Undang-Undang Nomor 6/2018 tentang karantina mengamanatkan bahwa di dalam kaitan penanganan penyakit menular ini ada 3 tahapan karantina, yang pertama adalah karantina perorangan, ini yang beberapa kali saya sampaikan sebagai self-isolation atau isolasi diri, ini menjadi sangat efektif manakala bisa kita implementasikan di tengah-tengah masyarakat tentunya untuk kasus yang dengan keluhan ringan atau tanpa keluhan. Ini sebenarnya adalah hampir 80 persen dari kasus positif yang ada, secara statistik berada dalam keluhan dalam posisi gejala yang ringan atau ringan sampai sedang, yang sebenanrya dengan melakukan isolasi diri di rumah sudah cukup bagus dan cukup efektif. Ini yang kemudian akan kita dorong sehingga tidak seluruh kasus positif menjadi beban layanan-rawatan rumah sakit. Yang berada di rumah sakit adalah yang kita pastikan tidak mungkin melakukan isolasi diri di rumah atau kita yakini bahwa memang membutuhkan layanan monitoring yang lebih intensif dari tim kesehatan misalnya pada keluhan yang sedang atau dengan komorbid yang menyertai, ini yang membutuhkan layanan-rawatan rumah sakit dengan pengawasan yang ketat, oleh karena itu keberadaan rumah sakit Wisma Atlet ini ditujukan adalah sebagai barrier awal atau barrier awal untuk mengurangi beban rumah sakit rujukan, yang kita ketahui bersama ada Sulianti Saroso, ada Rumah Sakit Persahabatan dan sebagainya, sehingga pada kasus-kasus dengan kondisi sedang-berat yang membutuhkan memang layanan-rawatan spesifik dan intensif ini bisa dilaksanakan di Rumah Sakit Sulianti Saroso atau Persahabatan atau rumah sakit lain yang sudah kita tentukan sebagai rumah sakit rujukan. Ini yang kita harapkan seperti itu sehingga tidak kemudian semua kasus masuk rumah sakit
Nah ini sejalan dengan semakin masifnya kita melaksanakan tracing kontak, penelusuran kontak dari kasus yang ada sehingga kemudian kita harapkan dengan kondisi ini akan mempercepat pemutusan rantai penularan yang ada di masyarakat meskipun tahapan ini bukan menjadi yang utama di dalam kaitan pengelolaan pencegahan dan pengendalian COVID-19
Kemarin sudah saya katakan yang utama adalah bagaimana masyarakat secara aktif kemudian secara terorganisasi dengan baik bisa melaksanakan kegiatan menjaga jarak fisik di dalam konteks berkomunikasi secara sosial dengan yang lain. Karena inilah upaya pencegahan dan upaya pemutusan rantai penularan yang paling baik. Kami berterima kasih bahwa masyarakat sudah banyak sekali mengambil peran serta untuk ini, semakin banyak yang saling mengingatkan untuk kemudian tetap menjaga jarak dan juga beberapa memang masih perlu kita ingatkan sehingga kadang-kadang di malam hari aparat keamanan juga masih sering berpatroli untuk mengingatkan agar tidak bergerombol, tidak berkumpul untuk mengurangi penularan ini. Ini yang menjadi penting untuk kita
Kemudian yang kedua saya sampaikan beberapa hal terkait rapid test. Rapid test atau tes cepat ini tes yang kita laksanakan sekarang, beberapa hari yang lalu sudah dilaksanakan, sekarang dan berikutnya masih kita laksanakan, menggunakan metode pemeriksaan antibodi, jadi bukan melakukan pemeriksaan langsung terhadap virusnya, karena kalau memeriksa langsung terhadap virusnya maka kita menggunakan pemeriksaan yang kita sebut berbasis pada antigen yang kita gunakan adalah melakukan pemeriksaan dengan swab, dengan hapusan, usapan yang dilaksanakan di dinding belakang rongga hidung atau di dinding belakang rongga mulut. Nah kalau ini maka kita akan melakukan pemeriksaan terhadap virusnya, antigennya, artinya kalau ditemukan positif maka diyakini di penderita tersebut ada virusnya
Tetapi untuk metode rapid test yang kita gunakan sebenarnya adalah screening, penapisan secara pendahuluan terhadap adanya kasus positif di masyarakat, oleh karena itu yang kita periksa untuk cara cepat ini adalah melakukan pemeriksaan antibodinya yang ada di dalam darah sehingga spesimen yang diambil adalah darah, bukan hapusan tenggorokan, diharapkan dengan adanya pemeriksaan ini maka kita bisa menjaring dengan kasar tentunya secara cepat tentang keberadaan kasus positif, oleh karena itu pemeriksaan rapid test dengan basis pemeriksaan antibodi tentunya kalau hasilnya negatif kita belum bisa memberikan jaminan bahwa yang bersangkutan tidak terinfeksi, bisa saja terinfeksi tetapi pada tahap-tahap awal karena antibodinya belum terbentuk, dibutuhkan waktu antara 6 sampai 7 hari untuk terbentuknya antibodi yang kemudian bisa kita identifikasi sebagai positif di dalam pemeriksaan rapid ini, oleh karena itu yang perlu dilakukan manakala pemeriksaan pertama negatif adalah mengulang kembali. Kita sudah menyepakati bahwa kita akan mengulang kembali setelah 10 hari, harapan kita bahwa antibodi itu sudah terbentuk dan kita bisa mengidentifikasikannya, kalau hasilnya positif maka kita yakini sedang terinfeksi virus, tapi kalau hasilnya negatif dua kali kita bisa meyakini bahwa tidak terinfeksi oleh virus tetapi juga dimaknai tidak adanya antibodi di tubuhnya artinya sangat mungkin terinfeksi apabila kemudian mengabaikan upaya-upaya untuk melakukan pencegahan terhadap penularan, tapi yang hasilnya positif tentunya akan kita tindaklanjuti dengan pemeriksaan antigennya melalui pemeriksaan swab dan kemudian kita akan mencoba menggunakan PCR untuk melihat ini. Oleh karena itu ini harus penting untuk kita interpretasikan bersama sehingga sekali pun pada pemeriksaan pertama negatif maka kita akan tetap meminta melaksanakan pengaturan jarak, menjaga jarak fisik dalam berkomunikasi sosial supaya tidak ada proses penularan. Ini menjadi penting dan ini harus kita laksanakan bersama-sama
Di dalam konteks pemeriksaan rapid test ini kita sudah menentukan kebijakan. Yang pertama tes akan kita laksanakan kepada kontak dekat kasus positif yang sudah terkonfirmasi dan dirawat di rumah sakit atau kasus konfirmasi positif yang harus dilaksanakan isolasi rumah, maka bagian dari penelurusan terhadap kontak keluarga yang tinggal serumah dengan pasien itu harus kita periksa semuanya. Kalau kemudian di dalam perjalanan kontaknya selama sebelum sakit ternyata juga ada riwayat dia sempat bekerja di tempat pekerjaannya dan ada lingkungan kerja yang memiliki kemungkinan kontak dekat, maka kita juga akan melaksanakan pemeriksaan di tempat dia bekerja. Ini prioritas yang pertama
Prioritas yang kedua adalah kita melakukan pemeriksaan pada semua tenaga kesehatan yang kemudian terkait dengan layanan terhadap pasien COVID-19. Ini harus kita periksa, termasuk front office rumah sakit juga kita lakukan pemeriksaan, karena kita tahu bahwa mereka adalah kelompok yang sensitif untuk rentan terinfeksi COVID-19. Ini prioritas yang kita laksanakan untuk pemeriksaan rapid pada tahapan pertama. Sudah barang tentu kalau nanti cartridge yang kita datangkan semakin banyak nanti kita akan berbasis pada wilayah, sementara ini kita masih tracing pada kelompok yang memiliki kerentanan tinggi yaitu kontak dekat dan petugas kesehatan, ini yang menjadi prioritas pertama. Kemudian setelah kemudian kit yang kita datangkan sudah cukup banyak maka kita akan melaksanakan pemeriksaan berbasis pada kewilayahan. Sebagai contoh, di Jakarta ini wilayah Jakarta Selatan, yang sudah kami identifikasi dan kami petakan, maka ini akan menjadi prioritas kita, pelaksanaan tes tentunya nanti akan didesentralisasikan di semua fasilitas kesehatan yang ada di wilayah itu misalnya puskesmas, laboratorium kesehatan daerah, rumah sakit yang ada di wilayah tersebut baik rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta. Ini yang harus kita lakukan di tahapan berikutnya. Oleh karena itu inilah yang menjadi urut-urutan tahapana kita di dalam kaitan layanan kesehatan.
Saat ini kita sudah mendistribusikan, kami cek tadi, sudah mulai bergerak distribusi 125 ribu kit untuk pemeriksaan cepat yang didistribusikan di 34 provinsi, nantinya provinsilah yang akan bisa menentukan, pertama untuk contact tracing, kedua adalah untuk petugas kesehatan yang dilibatkan dalam layanan langsung terkait dengan COVID-19 ini, dan pada pengiriman berikutnya dengan jumlah yang lebih besar nanti akan berbasis pada daerah di mana kasus ini ditemukan dan kita anggap sebagai daerah yang berpotensi untuk munculnya penularan
Yang terakhir saya akan menyampaikan update terkait dengan kasus konfirmasi positif yang sudah kita dapatkan di hari ini, dari kajian data yang kita catat sejak tanggal 23 Maret pukul 12 sampai dengan hari ini 24 Maret pukul 12.00 WIB. Ada penambahan kasus baru konfirmasi positif sebanyak 107 kasus sehingga total saat ini adalah 686 kasus positif. Ini adalah angka akumulasi sejak dari awal kita melakukan pemeriksaan
Tidak ada penambahan kasus yang sembuh, masih tetap sama datanya, 30, tetapi ada beberapa yang sudah sekali diperiksa spesimennya negatif, kita akan tunggu besok, kalau pemeriksaan yang kedua negatif berarti sembuh
Kemudian ada penambahan kasus meninggal sebanyak 7 orang sehingga total kasus meninggal adalah 55 orang sehingga update pada posisi 24 Maret 2020 pada pukul 12.00 sebagai berikut:
Kasus kumulatif positif sebanyak 686
Kemudian kumulatif pasien sembuh sebanyak 30 orang
Dan kumulatif kematian sebanyak 55 orang
Demikian informasi yang disampaikan hari ini. Kita akan selalu update. Dan yakinlah bahwa pemerintah bekerja dengan keras. Dan siapapun yang sedang melaksanakan isolasi diri atau masyarakat yang membutuhkan informasi silakan ada hotline di 119 extention 9 dan di beberapa layanan online yang ada di Indonesia yang terkait COVID-19
Mudah-mudahan ini bisa menjadi informasi yang membantu kita sekalian. Terima kasih. Selamat sore . dtc