Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Glenn Fredly meninggal dunia pada Rabu, 8 April 2020 di salah satu rumah sakit di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan pada pukul 18.47 WIB. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai musisi sekaligus pencipta lagu.
Akan tetapi, lebih dari itu rupanya Glenn Fredly cukup aktif dalam kegiatan dan advokasi yang berkaitan dengan musik. Dirinya merupakan salah satu penggagas Konferensi Musik Indonesia (KAMI) yang digelar pertama kali di Ambon pada Maret 2018.
Di akun Instagram-nya, KAMI menuliskan, "Penggagas KAMI, musisi, dan visioner, Glenn Fredly, dipanggil begitu cepat oleh Yang Maha Kuasa. Kita boleh berduka, namun jangan lupa untuk merayakan karya dan jasanya."
Konferensi Musik Indonesia merupakan inisiatif yang dibentuk berdasarkan kerja sama Rumah Beta dan Koalisi Seni Indonesia. Sejauh ini, konferensi tersebut telah digelar sebanyak dua kali.
Pertama bertempat di Ambon, Maluku pada Maret 2018 dan Soreang, Jawa Barat pada November 2019. Ada sejumlah poin yang tercatat dalam deklarasi KAMI, di antaranya mengenai tata kelola musik, serikat musik, kesetaraan gender dalam kontrak, dan lain-lain.
"Karena itu akhirnya menggiring adanya konferensi musik pertama yang di Ambon, yang dibicarakannya komprehensif, yang pertama kebijakan, private dan pelakunya. Bahan evaluasi dari konferensi itu bisa menjadi referensi bagi musik industri dan bisa men-support yang non industri, dan yang non industri itu banyak sekali, ada yang tradisi, dan banyak lagi," jelas Glenn Fredly kala itu.
Selepas diskusi yang berlangsung di Soreang, Jawa Barat, Glenn Fredly di November 2019 mengungkapkan pada 2020, KAMI mengagendakan akan melakukan pembahasan mengenai musik tiap bulannya.
"Kami mau pusatkan di tahun 2020 itu akan ada di Jakarta, jadi setiap bulan di M Bloc, dengan mengajak stakeholder-stakeholder untuk hadir. Jadi misalnya jejaring kota kreatif, itu akan ada pembahasannya," ucapnya pada saat itu.
Glenn Fredly juga menjadi salah satu musisi yang ikut membangun ruang kreatif M Bloc Space yang bertempat di Panglima Polim, Jakarta Selatan. Menurutnya, M Bloc merupakan salah satu infrastruktur musik yang diperlukan untuk membangun ekosistem musik yang lebih baik.
"Dari 12 poin itu salah satunya adalah soal infrastruktur. Tahun ini, sudah terwujud salah satunya adalah kolaborasi pemerintah, private sector dan ekosistem di M Bloc. Di situ bertemu banyak orang dengan musik sebagai katalisatornya," ungkapnya kala itu.
"Selain itu, kita juga bisa lihat kesuksesan Ambon sehingga ditetapkan menjadi kota musik dunia," sambung Glenn.
Selain aktif memperjuangkan perbaikan di musik, Glenn Fredly juga menunjukan ketertarikannya pada isu mengenai Indonesia Timur dan HAM. Pria kelahiran 30 September 1975 itu kerap menunjukkannya di panggung ketika tampil.
Di panggung musik, Glenn Fredly kerap menyuarakan berbagai isu sosial. Pada Soundrenaline dan Synchronize Fest 2019, pelantun 'Kasih Putih' itu menyuarakan keberpihakannya terhadap persoalan di Papua.
"Izinkan saya di tengah keriaan ini izinkan saya menyanyikan lagu untuk tanah Papua," ungkapnya ketika tampil di panggung Synchronize Fest pada Oktober 2019.
"Jangan pernah percaya pada propaganda yang mengatakan kalau orang-orang Papua itu jahat, itu tidak benar sama sekali. Orang-orang yang punya kepentingan politik untuk memecah belah itu yang jahat," tegasnya lagi. Dia kemudian membawakan 'Tanah Perjanjian' dan 'Yamko Rambe Yamko' setelahnya.
Tulisannya mengenai pembebasan tahanan politik juga sempat dimuat oleh salah satu media massa yang berbasis di Jakarta. Aktivis Veronica Koman di akun Twitter-nya mengungkapkan bahwa Glenn pernah menawarkan bantuan dan menunjukan simpati atas perjuangannya.
"Sedih sekali atas kepergian @GlennFredly, artis dengan bakat dan jiwa kemanusiaan luar biasa, sahabat para aktivis. Ia pernah 2x tanya ke saya ia bisa bantu apa, ketika terjadi penangkapan massal terhadap mahasiswa Papua, atas peristiwa yang berbeda," kicaunya.
Selain itu, perjalanan Ambon sebagai Kota Musik juga tidak lepas dari perhatiannya. Ketika Ambon ditetapkan sebagai Kota Musik oleh UNESCO, dirinya turut merayakan hal itu di atas panggung festival musik Sewindu yang berlangsung pada November 2019 lalu.
"Kemarin badan internasional dari UNESCO menetapkan Ambon sebagai kota musik pertama di Asia Tenggara. Ini adalah kerja kolektif bentuk cinta terhadap Indonesia," katanya ketika di atas panggung sebelum kemudian menyanyikan 'Rame-Rame'.
Kini sang musisi sekaligus pegiat aktivisme musik itu telah tiada. Karya-karyanya akan selalu dikenang dan membekas di hati mereka yang telah tersentuh oleh nada dan lirik ciptaannya.(dth)