Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Serdang Bedagai. Meski namanya Jenderal, namun warga Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) tetap saja memukuli lelaki berusia 25 tahun. Jendral Sudirman, warga Simpang Korpri, Desa Guru Singa, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo dan Muhammad Ridho (21) warga Kelurahan Kp Lalang, Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi ini dihajar massa setelah tertangkap usai gagal membegal korban, Sabtu (18/4/2020), sekira pukul 20.15 WIB.
Menurut keterangan saksi korbank Nuraisah (16), warga Dusun V, Pasar Serong Sukadamai, dan Poppy Armila Sari (16) alamat yang sama, mengatakan, saat itu mereka mengendarai Honda Vario BK 3474 NAP melewati kuburan yang terletak di Dusun 7, Desa Bakaran Batu, Sei Bamban. Tiba-tiba dihadang dua orang yang keluar dari kuburan, sambil mencekik korban Poppy dan berusaha mengambil sepeda motor korban. Namun karena kunci sepeda motornya tidak diberi korban, pelaku menjatuhkan sepeda motor korban ke sawah lalu berupaya mengambil HP milik korban Nuraisah.
Namun tidak jauh dari TKP, saksi Alfrido Nababan (20) warga setempat, yang sedang menunggui mengisi air ke sawah melihat kejadian tersebut berupaya menolong korban. Namun naas, Alfrido justru dianiaya sehingga tidak sadarkan diri oleh 4 orang pelaku.
Karena gagal melakukan pembegalan, selanjutnya para pelaku yang mengendarai mobil Suzuki Ignis BK 1203 AAB dengan kecepatan tinggi mencoba melarikan diri ke arah Desa Sei Bamban menuju arah Jalinsum Sei Rampah. Dasar sial, saat di Jalinsum tepatnya di Dusun I, Desa Sei Bamban, mobil pelaku yang mencoba mengelakan sepeda motor justru menabrak pohon kelapa hingga patah dan terakhir menabrak dinding rumah P Siringo Ringo (62), warga Dusun I, Desa Sei Bamban.
Spontan, warga yang marah mengejar pelaku dan menghajar keduanya. Nyawa keduanya diselamatkan personel Polsek Firdaus dan dibawa ke Mapolsek.
Kepada petugas, Jenderal Sudirman mengaku sudah 3 kali masuk penjara kasus perjudian, pencurian, penggelapan dan baru bebas tanggal (2/4/2020 ) karena program asimilasi.
“Kami beraksi berempat, tapi yang dua orang melarikan diri. Kami panik mencoba lari, karena dikejar warga, makanya kami ngebut," kata Sudirman.