Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pandemi virus corona membuat banyak nasabah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumatra Utara (Sumut) menunggak pembayaran kredit (pinjaman). Nasabah yang rata-rata pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini memang paling terdampak pandemi corona karena biasanya mereka mendapatkan uang secara harian. Dengan peraturan pemerintah terkait social distancing untuk memutus mata rantai penyebaran corona membuat banyak pelaku UMKM tidak bisa beraktivitas seperti biasanya hingga berdampak pada pendapatan.
Ketua DPD Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Sumut, Syafruddin Siregar, mengatakan, kesulitan nasabah UMKM untuk membayar pinjaman sudah terjadi sejak pertengahan Maret 2020. "Jumlahnya terus bertambah hingga kini. Karena memang semakin banyak yang tidak bisa beraktivitas," katanya, Selasa (28/4/2020).
Meski tidak memiliki data secara rinci berapa jumlah pasti nasabah yang menunggak, tapi dipastikan jumlahnya banyak apalagi nasabah BPR didominasi UMKM. Dikatakan Syafruddin, sejauh ini pihaknya mencoba mencari tahu bagaimana kondisi nasabahnya. Sejauh mana kemampuannya, apakah hanya bisa membayar pokok atau bagaimana.
"Jadi tetap kami cari solusinya. Jumlah yang menunggak cukup banyak karena dampak corona merata ke semua UMKM. Jadi kami pun menyesuaikan dengan kemampuan UMKM," katanya.
Untuk saat ini, pihaknya terus berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Selain itu, juga berkoordinasi dengan Perbarindo Pusat dengan mengusulkan membuat kebijakan untuk menghadapi kondisi ini. Perbarindo Pusat diharapkan bisa berkoordinasi dengan OJK Pusat untuk kemudian meneruskannya ke OJK Regional 5 Sumbagut.
"Banyak ketentuan yang harus diambil. Ini kan krisis. Jadi harus mencari solusi secara bersama-sama," kata Syafruddin.
Ketika ditanya soal POJK No.11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), dikatakan Syafruddin, nasabah BPR yang mengusulkan restrukturisasi hanya sedikit yakni yang memiliki pinjaman sekitar Rp 500 juta.
"Tapi nasabah BPR justru rata-rata di bawah itu. Memang untuk pinjaman UMKM kan ditetapkan Rp 5 miliar ke bawah. Tapi kalau yang meminjam di BPR rata-rata puluhan juta saja. Yang ratusan juta hanya sedikit," kata Syafruddin.
Dengan banyaknya yang menunggak, Perbarindo sebenarnya khawatir jika akan mengerek kredit macet atau non performing loan (NPL) yang sudah single digit di kisaran 7%-an menjadi double digit. Karena itu diharapkan kebiajakan dari Perbarindo Pusat yang nanti diteruskan ke OJK bisa segera ditetapkan sehingga ada jalan keluar untuk nasabah yang kini tidak mampu membayar pinjamannya.
Terkait operasional BPR, kata Syafruddin, tergantung pada situasinya. Ada yang tetap beroperasi hingga pukul 16.00 WIB dan ada juga yang hinggabpukul 15.00 WIB. Tergantung pada pekerjaan masing-masing. "Tapi yang jelas kami tetap melayani nasabah. BPR akan tetap tangguh di tengah pendemi corona ini," kata Syafruddin.