Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Kementrian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek- BRIN) sedang memikirkan upaya percepatan penanganan virus Corona (COVID-19) di Indonesia. Menristek-BRIN, Bambang Brodjonegoro, menyebut saat ini peneliti dan perekayasa sedang giat mengembangkan ventilator produksi dalam negeri.
"Sejak merebaknya COVID-19 maka para peneliti dan perekayasa tidak lelah mencoba kembangkan ventilator produksi dalam negeri, sebagian lokal gunakan open source," kata Bambang dalam siaran langsung di Youtube BNPB, Minggu (3/5/2020).
Kini, ada 4 prototype ventilator yang telah melalui proses pengujian di Kemenkes. Keempat prototype ventilator ini berasal dari UI, ITB, BPPT serta PT Dharma dari swasta. Bambang optimis keempatnya bisa digunakan pada pertengahan Mei 2020 mendatang.
"Alhamdulillah kita sudah sampai pada 4 prototype yang melalui pengujian di Kemenkes. Sebagian masih lakukan uji endurance sebagai uji tahap akhir setelah itu lakukan uji klinis kira-kira seminggu sehingga diharapkan pertengahan Mei ini kita bisa lihat ventilator produksi Indonesia," jelas Bambang.
Bambang mengatakan saat ini Indonesia membutuhkan sekitar 1.668 ventilator untuk penangan pandemi Corona di indonesia. Rinciannya, sebanyak 1000 ventilator berjenis Continous Positive Airway Pressure (CPAP) dan 668 ventilator jenis amuback.
Selain itu, peneliti dari BPPT, kata Bambang, juga sedang mengembangkan mobile laboratory BSL II. Ini merupakan laboratorium berjalan yang bisa melakukan tes COVID-19 di luar rumah sakit.
"Biasanya berlokasi kalau nggak di RS di Universitas maupun beberapa lembaga. Untuk mendekatkan laboratorium dengan masyarakat maka kami kembangkan mobile Laboratory BSL2," ungkapnya.
Bambang menjelaskan BSL II merupakan standar laboratorium yang diperuntukkan untuk segala pemeriksaan tes, termasuk tes COVID-19. Dia berharap alat-alat ini nantinya bisa digunakan secara masif di Indonesia.
Tidak hanya lakukan rapid test dan PCR tes dengan standar yang sama dengan BSL2 lainnya, tapi bisa dilakukan pemeriksaan kolesterol, darah dan pemeriksaan thorax sehingga ini bisa jadi semacam laboratorium berjalan. Ini diharapkan bisa bantu upaya tes masif," pungkasnya. dtc