Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Pematang Siantar. Anak Buah Kapal (ABK) asal Kota Siantar, Sumatera Utara Reynalfi bersama rekannya Andri Juniansyah asal Nusa Tenggara Barat (NTB) nekat melompat dari kapal Cina ke laut Karimun, Kepulauan Riau.
Reynalfi bersama rekannya itu beruntung ditemukan nelayan, Sabtu (6/5/2020) dini hari meskipun dalam kondisi lemas. Keduanya nekat mengambil keputusan itu karena kerab mendapat siksaan di kapal tempat mereka berkerja.
Ayah dari Reynalfi, Herianto yang ditemui di kediamannya, Jalan Sumber Jaya, Kecamatan Siantar Martoba, pada Minggu (7/6/2020) bercerita awal anaknya yang masih berusia 22 tahun itu memutuskan merantau untuk menjadi ABK.
Sekitar bulan September 2019, Reynalfi yang masih berusia 22 tahun itu diajak temannya yang juga berasal dari Kota Siantar. Kemudian Reynalfi bersama 3 orang teman sekampung berangkat ke Jakarta untuk terlebih dahulu belajar bahasa asing dan latihan di perairan.
"Dia berangkat ke Jakarta bulan 9 (September 2019). Setelah itu, katanya dia sekolah. Nggak tahu sekolah apa. Di sekolah itu katanya belajar bahasa, latihan di air," kata Herianto.
Reynalfi menjadi ABK lewat jalur resmi, dimana semua dokumennya telah disiapkan. Untuk menjadi ABK, Reynalfi dijanjikan gaji sebesar Rp 8 juta -Rp 10 juta per bulan untuk menyortir cumi-cumi di Thailand.
"Mereka ini bukan illegal. Lengkap semua suratnya. Ada pasportnya, disuruh buat rekening lagi. Lengkap semua," pungkasnya.
Ironisnya, sejak bekerja Reynalfi tidak pernah mendapat haknya itu. Bahkan dia kerab disiksa. "Jadi, tadi malam dia telepon pakai handphone polisi. Baru tadi malam itulah kami komunikasi. Selama ini nggak pernah. Nangis dia cerita tadi malam," ujarnya.
Reynalfi bersama rekannya asal NTB saat ini diamankan di Polsek Karimun, Kepulauan Riau. Kepada orangtuanya, Reynalfi bercerita terombang-ambing di laut selama 7 jam sebelum ditemukan nelayan setempat.
"Dia cerita kalau belum ada digaji. Dikasih makan sekali dua hari. Itupun nasi putih aja. Dipukuli kalau kerjanya lelet. Syukurlah ada nelayan yang menolong. Kondisinya katanya sudah sehat," tutur Herianto.
Herianto menuturkan, Reynalfi merupakan sosok pekerja keras dan bergaul. "Dia kerja untuk bantu orangtuanya, bantu keluarganya. Pekerja keras orangnya. Pernah juga dia kerja di rumah makan, kerja kelapa sawit di Riau. Setelah tamat sekolah, dua tahun dia di Riau," papar Herianto.
"Belum tahu kapan pulang (ke Siantar). Masih mau ke Jakarta katanya. Itupun kata Reynalfi, setelah dari Jakarta, dia mau ke NTB. Mau kerja di sana. Tapi nggak tahu kerja apa," terangnya.