Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Memasuki hari kedua, usaha pencarian dan penyelidikan makhluk misterius penghisap darah ternak di Pargompulan, Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, umatra Utara, kembali dilanjutkan Minggu (21/6/2020). Puluhan personel TNI dari Koramil Siborongborong dan Polsek Siborongborong, turut dilibatkan membantu pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Wilayah IV Tarutung bersama warga setempat dalam upaya mengungkap keberadaan makhluk misterius yang menggegerkan itu.
Terlihat juga Kadis Lingkungan Hidup Pemkab Taput, Heber Tambunan dan Camat Siborongborong, Josua Napitupulu serta Danramil Siborongborong, Kapten Armed Guntur Sebayang, ikut berbaur dengan warga. Sebelum usaha pencarian dilanjutkan, Kepala BBKSDA Sumut Wilayah IV Tarutung, Manigor Lumbantoruan, terlebih dahulu memaparkan hasil analisis pihaknya terhadap hasil temuan di lapangan pada pencarian hari pertama, Sabtu(20/6/2020).
Terangnya, dari hasil analisis jejak bekas cakaran pada pohon di sekitar hutan sekitar, diduga makhluk misterius itu dapat digolongkan sebagai spesies musang pandan atau jenis beruang. "Hasil analisa kami, ada dugaan dia (makhluk misterius) adalah jenis musang pandan. Tapi bisa juga beruang," kata Manigor.
Dugaan awal itu, kata Manigor, karena bekas cakaran yang terdapat pada pohon merupakan bekas cakaran berkuku lima dan bukan berkuku empat.
"Kalau berkuku lima, terdekat adalah musang pandan atau beruang. Kalau berkuku empat masuk spesies anjing. Jadi bukan spesies anjing atau serigala ya," terang Manigor lagi.
Saat dicecar pertanyaan apa ada kemungkinan spesies beruang hidup di hutan sekitar, mengingat hutan di sekitar tempat kejadian perkara (TKP), sudah banyak yang dijadikan lahan perkebunan, Manigor terlihat canggung. Kemudian kalau jenis musang pandan, lantas kenapa makhluk misterius itu mampu membunuh ternak babi seukuran 30 kg, lagi-lagi Manigor tidak mampu mengklarifikasi.
Mendengar penjelasan Manigor Lumbantoruan, Kadis Lindup Taput, Heber Tambunan, meminta pihak BBKSDA Sumut agar menurunkan alat yang lebih canggih berupa alat sensor atau kamera inframerah. Heber mengaku Dinas Lindup Taput tidak memiliki peralatan mumpuni dalam hal terjadi konflik satwa dan manusia.
Menanggapi hal itu, Manigor Lumbantoruan akan menyampaikannya kepada atasannya. Namun menurutnya harus dipastikan dulu jenis binatangnya. "Akan saya sampaikan ke atasan saya, cuma kita tahu dulu kepastian jenis binatang itu," kata Manigor.