Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Taput. Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Tapanuli Utara, Sumatra Utara, Satika Simamora, Kamis (11-2-2021) menelusuri sejumlah dusun di Desa Lumban Motung, Dolok Saribu dan Lumban Inaina, Kecamatan Pagaran hingga batas senja, untuk bertemu dengan puluhan warga yang sedang terbaring sakit.
Dilaporkan, wilayah teritorial ketiga desa sangat luas. Jarak antar dusun pun terbilang jauh.Titik pertama, Satika mengunjungi sebuah rumah mungil disudut dusun di Habinsaran, Desa Lumban Motung, Pagaran. Rumah itu, ditempati seorang pria bernama Jonson Nababan (63), yang buta sejak 4 tahun lalu, bermula dari penyakit katarak. Ia tinggal bersama kedua anak dan istrinya. Dulu, ia bekerja sebagai petani. Tetapi kondisi tubuhnya yang harus dipapah, tidak bisa bekerja lagi.
Di dusun yang sama, Satika juga memasuki sebuah rumah kecil dan sederhana untuk menemui seorang gadis bernama Juliyanti Nababan (20), penderita cacat mental sejak lahir dan tinggal bersama ibunya.
Satika juga sangat lama berada di dusun itu dan menemui seorang ibu yang kebetulan mengalami penyakit katarak bernama Lengsi Hutasoit (73) .
Kesempatan ini juga dimanfaatkan untuk menganjurkan ibu-ibu dusun; betapa pentingnya merawat kesehatan. Disana, ia membagikan susu, roti dan masker.
Di Dusun Tonga, Desa Lumban Motung Satika juga membesuk Asban Simanungkalit (56), yang menderita cacat fisik sejak lahir. Pria ini memiliki 2 orang putri. Tangannya tidak bisa digerakkan. Disini, Satika melakukan hal yang sama dengan membagikan susu biskuit kepada anak-anak dan ibu-ibu serta sejumlah uang tunai untuk membantu si penderita.
Camat Pagaran Hatoguan Nababan, Kepala UPT Puskesmas Butar Mona Simanjuntak, Kepala Desa Lumban Motung Kocoali Nababan dan bidan desa Lasmi Purba ikut mendampingi Satika. Dilaporkan, desa ini sendiri dihuni 175 KK atau sekitar 678 jiwa.
Meninggalkan Desa Lumban Motung, Satika melanjutkan perjalanan ke Desa Dolok Saribu yang terbilang cukup luas. Di perjalanan, Satika terpantau beberapa kali turun dari mobilnya untuk menemui sejumlah warga yang rumahnya terlihat sangat kecil dan sederhana dengan membagikan susu dan roti.
Sekitar 2 kilometer dari ibukota Kecamatan Pagaran, tepatnya di Dusun Sitanduk , ia juga menemui Horas Purba (37), yang mengalami cacat fisik.
Sementara di Dusun Hutapasar, Romauli Purba (34) juga menerima kunjungan Satika. Penyakitnya, kelainan menta. Sementara anaknya Daniel Sinipar juga mengalami cacat fisik sejak lahir.
Mereka tinggal di rumah sangat sederhana. Satika pun mengusulkan untuk dimasukkan dalam program bedah rumah.
Di Dusun Huta Pasar, Satika singgah cukup lama. Ia bercengkrama dengan anak-anak dan membagikan susu dan biskuit sembari beryanyi. Istri Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan inipun juga tidak sungkan mengelap langsung sejumlah tangan anak- anak dusun yang kotor.
Satika melanjutkan perjalanan ke Dusun Lumbanrihit menuju rumah Ulisara Simamora (16). Gadis ini menderita cacat mental. Kemudian mengunjungi Roslin Simbolon (47) penderita cacat fisik. Selanjutnya menemui Manaek Purba (65) yang mengalami kelainan mental bersama 2 orang anaknya.
Aksi telusur dusun berlanjut hingga ke Dusun 3 mengunjungi Banuara Purba (52) yang mengalami cacat, bermula saat mengidap penyakit gula. Pria ini terpaksa memakai tongkat, karena kakinya sudah diamputasi.
Selanjutnya, di Desa Dolok Saribu Satika memberikan makanan tambahan dan susu kepada 4 orang ibu hamil. Masing masing kepada Risana Hutabarat (29), Meiji Purba (30), Ika Simanjuntak (26) dan Diana Purba (38).
Kepala Desa Dolok Saribu Nimrot Purba menjelaskan kalau desanya berpenduduk sekitar 768 KK atau sekitar 3200 jiwa lebih.
Selama di Desa Dolok Saribu, Kepala UPT Puskesamas Sipultak dr David Simanjuntak dan bidan Desa Saribu Dolok, Enny Daniati Purba ikut mendampingi Satika Simamora.
David Simanjuntak menjelaskan, penyakit cacat mental didaerah itu dipicu bawaan lahir yang disebabkan masalah psikososial di rumah tangga atau lingkungan.
"Untuk cacat mental sangat perlu dukungan keluarga dan dukungan orang sekitar. Maka sangat perlu edukasi ke keluarga dan si penderita,"terangnya.
Sementara untuk gangguan cacat fisik lanjut David, sangat perlu pengadaan alat bantu gerak.
Di penghujung perjalanan, Satika menuju Desa Lumban Inaina, Pagaran untuk menemui orang tua yang keluarganya ikut menjadi korban longsor di Sumedang serta melihat (2 dua) orang anak usia dini yang mengalami penyakit ayan dan lemah fisik. Tuntas, Satika pun keluar dari Kecamatan Pagaran pada senja hari sekira pukul 18.40 WIB.