Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Sekolah Ekspor Indonesia menargetkan bisa menghasilkan 500.000 eksportir baru sampai 2030. Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) diharapkan semakin banyak menjual produk asli Indonesia ke pasar Internasional.
Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono mengatakan saat ini sudah lebih dari 2.700 orang yang terdaftar sebagai peserta sekolah ekspor. Dia yakin target mencetak 500.000 eksportir baru sampai 2030 dapat tercapai.
"Sampai hari ini lebih dari 2.700 peserta terdaftar di sekolah ekspor online. Saya yakin sebelum 2030 sudah tercapai (500.000 eksportir baru)," katanya dalam peresmian program 500K Eksportir Baru yang dilihat virtual, Rabu (17/2/2021).
Untuk mencapai target 500.000 eksportir baru di 2030, pihaknya juga akan menyasar kampus-kampus di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk membuat anak muda lebih terdorong menjadi pengusaha dan melakukan ekspor.
"Kita mohon sekolah ini didukung, kita juga akan masuk ke kampus-kampus, mengajak anak-anak kita menjadi pemain luar karena kalau kuat di luar, dia di dalam lebih tahan banting," kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno dalam kesempatan yang sama.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki pun mendukung program akselerasi untuk mencetak 500.000 eksportir baru di 2030. Dia menyebut banyak komoditas Indonesia yang bisa diekspor mulai dari pertanian, perikanan, produk herbal, baju muslim, hingga buah-buahan seperti salak.
"Di Indonesia banyak sekali produk yang potensial diekspor, di catatan kami ada yang berbasis produk pertanian, perikanan, herbal product, muslim fashion ini juga potensial untuk dikembangkan. Selain juga pertanian tadi terutama buah segar, buah tropis ini banyak sekali permintaan," imbuhnya.
Peresmian untuk mencetak 500.000 eksportir baru di 2030 ditandai dengan penandatanganan sekolah ekspor dengan lima asosiasi pengusaha yakni Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) dan Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA).(dtf)