Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Rantauprapat. Berbagai tradisi biasanya dilakukan warga dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Salah satunya ialah melaksanakan ziarah kubur. Selain untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal, kegiatan itu juga dianggap cara membersihkan hati menjelang pelaksanaan ibadah puasa.
Seorang warga, Iskandar Muda Sipayung, mengatakan ziarah kubur menyambut bulan Ramadhan merupakan kebiasaan rutin yang dikenalkan orang tuanya sejak dulu.
"Sudah dilakukan sejak dulu. Sudah tradisi. Dulu diajak sama orang tua, tujuannya untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal. Dan termasuk juga untuk membersihkan hati," katanya saat ditemui berziarah, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Paindoan Rantauprapat, Minggu (11/3/2021).
Iskandar menilai ziarah kubur membuat dirinya ingat akan adanya kematian. Hal ini menyadarkannya akan keterbatasan sebagai makhluk, yang kata dia otomatis mengikis rasa sombong dihatinya. Karena itu, kata Iskandar dia selalu membawa keluarganya setiap melakukan ziarah kubur. Menutnya ini merupakan upaya melestarikan tradisi, sekaligus cara mengajarkan nilai-nilai kerendahan hati yang terkandung dalamnya.
"Kami berziarah mengunjungi kuburan anak dan opung saya. Kalau orang Tia ada di Sei Rampah," kata Iskandar. "Anak saya ada 3, saya selalu ajak semuanya. Di momen seperti ini saya jelaskan tentang kematian, tentang tuhan, dan mengapa kita harus rendah hati ke mereka. Itu kaitannya. Jadi menurut saya (ziarah kubur) ini memang berguna untuk membersihkan hati menyambut Ramadhan," sambungnya.
Selain Iskandar, ziarah kubur juga dilakukan sebagian besar masyarakat muslim lainnya di banyak wilayah termasuk Rantauprapat. Kegiatan ini berimbas positif kepada masyarakat sekitar TPU, dengan datangnya rejeki musiman.
Berdasarkan pantauan medanbisnisdaily.com sedikitnya ada 3 jenis kegiatan masyarakat yang bisa dilakukan untuk menghasilkan pundi-pundi uang. Yaitu penjual kembang, penata parkir dan petugas penggali kubur yang umumnya merangkap sebagai pengelola kuburan.
Misalnya seperti Nur Anisa Harahap, seorang warga, yang memilih berjualan kemasan campuran berbagai kembang untuk para penziarah. Kegiatan ini dikatakannya sudah lama ditekuninya. "Wah gak ingat saya. Tapi udah lama lah udah puluhan tahun," kata Ibu paruh baya yang berdomisili di sekitar areal TPU Paindoan Rantauprapat.
Nur Anisa mengatakan tradisi ziarah kubur ini biasanya dilakukan 7 hari sebelum hari H, pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan, ditambah 1 atau 2 hari pada Idul Fitri. Dalam sehari dia mengaku bisa menjual ratusan kemasan.
"Isinya campuran 5 macam bunga (kembang). Kenanga, Kertas, Nusa Indah, Jarum-jarum dan Pandan. Harganya Rp 3 ribu, kalau beli 2 bisa Rp 5 ribu," katanya. "Kalo hari ini, belum dihitung tapi semalam dapat Rp 500 ribu. Rata-rata Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu lah sehari," sambungnya.
Untuk mendukung usaha musiman tersebut, Anisa mengatakan dirinya menanam sendiri kelima jenis kembang tersebut. Dengan demikian, dia tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk menggerakkan usahanya. Nur Anisa mengatakan sedikitnya ada sekitar 10 warga lainnya, yang rata-rata perempuan, yang juga berjualan kembang seperti dirinya. Rejeki musiman ini dikatakannya sangat membantu perekonomian mereka. "Alhamdulillah, bisalah ke dapur untuk bulan puasa," tuturnya.
Tak hanya kaum wanita, kaum pria juga bisa ketiban rejeki jika mau memanfaatkan tradisi tahunan ini. Ramainya pengunjung yang datang, terlihat dimanfaatkan oleh pria sekitar untuk menawarkan jasa parkir.
Sedikitnya ada 5 lapak parkir besar yang dikelola bersama oleh kelompok berisi campuran tua dan muda. Rata-rata 1 kelompok bisa mengantongi pemasukan Rp 300 ribu perhari. "Kalo dari pagi sampai sore bisa lah dapat 300-400 ribu. Itu total ya, satu kelompok. Isinya bisa 4 orang, bisa 5. Tapi ada juga yang cuma 2 orang. Mau tua, mau muda boleh gabung. Kita bagi rejeki yang ada. Biasanya gantian," kata Jefri seorang pemuda sekitar.
Jefri mengatakan mereka tidak menentukan tarif parkir kepada para penziarah kubur. Jika ditanyakan mereka biasanya menjawab seikhlas hati. Hal ini ternyata berimbas pada meningkatnya pemasukan mereka. "Mungkin karena awak jawab seikhlas hati, ada kereta (sepeda motor) jadinya ngasi Rp 5 ribu. Mungkin karena mau puasa juga ya kan, jadi mugkin anggap sedekah orang itu," kata dia.
Namun jika pemilik kendaraan memaksa menanyakan tarifnya, mereka dengan terpaksa akan menjawabnya juga. Kata Jefri, untuk sepeda motor dikenakan tarif Rp 2 ribu, sementara untuk mobil sebesar Rp 2-5 Ribu. "Kadang-kadang mobil pun cuma bayar 2 ribu, alasan gak ada uang kecil. Ya kami Terima," kata dia.
Selain 2 jenis pekerjaan diatas, ada 1 lagi profesi yang turut mendapatkan berkah dari kegiatan ziarah kubur. Profesi ini biasanya tak banyak digeluti masyarakat dan diwariskan turun temurun diantara lingkungan dekat mereka. Profesi ini ialah petugas penjaga kebersihan makam. Biasanya pekerjaan ini melekat dengan pekerja penggali kubur yang ada di TPU.
"Petugas kebersihan nya, ya saya. Penggali kuburannya juga saya," kata Tahan Nasution, seorang pekerja penggali kuburan di TPU Paindoan. Dia mengatakan dirinya sudah 15 tahun menjalani pekerjaan ini. Ia mengaku tidak mendapatkan penghasilan apapun dari Pemerintah setempat.
Tahan menjelaskan, dirinya baru akan mendapatkan upah sebesar Rp 300 ribu, untuk setiap lubang kubur yang digalinya. Upah tersebut dibayar oleh masyarakat yang memesan jasanya.
Selain itu, ia biasanya menjalankan kontak infak dengan mendatangi rumah ke rumah kerabat jenazah yang telah dikuburkan di TPU Paindoan. Namun jangkauannya terbatas hanya disekitar lokasi yang tidak terlalu jauh dari TPU.
Karena itu pada momen seperti ini, banyak orang yang ikhlas menyumbangkan uangnya ke kotak infak yang disediakan Tahan. Mereka umumnya berdomisili jauh dari TPU Paindoan, dan biasanya hanya datang sekali setahun. Namun Tahan enggan menyebut berapa jumlah sumbangan yang bisa didapatkannya. Dia hanya bersedia mengatakan sumbangan tersebut kadang bisa digunakannya saat di bulan Ramadhan serta ikut merayakan Idul Fitri.
"Syukur alhamdulillah. Walau gak banyak, dekali setahun ikut gajian awak. Istilahnya dapat bonus lah. Kadang-kadang bisa sampai hari raya. Kadang-kadang tidak. Ya nasib-nasiban lah," katanya.
Bagi Tahan, dan juga warga lainnya, kegiatan ziarah kubur merupakan harapan untuk mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR). Karena itu, Tahan berharap agar pemerintah tidak melarang kegiatan berlangsung. "Tahun semalam sedikit. Ada sih ada, tapi gak banyak orang karena Corona," kata Tahan. "Mudah-mudahan tahun ini rame lagi, biar ada jajan anak awak," harapnya.