Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Praha. Pemerintah Ceko akan mengusir 18 diplomat Rusia yang diidentifikasi oleh intelijen lokal sebagai agen rahasia SVR (Dinas Intelijen Asing Rusia) dan GRU (Badan Intelijen Militer Rusia). Mereka dicurigai terlibat dalam ledakan gudang amunisi militer tahun 2014 lalu.
Seperti dilansir AFP, Minggu (18/4/2021) kepolisian Ceko juga sedang mencari dua orang warga Rusia sehubungan dengan ledakan tersebut dimana pelaku juga menggunakan paspor dalam upaya meracuni mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal pada 2018.
"Delapan belas pegawai kedutaan Rusia harus meninggalkan republik kami dalam waktu 48 jam," kata Menteri Luar Negeri Republik Ceko, Jan Hamacek kepada wartawan.
Perdana Menteri Andrej Babis mengatakan pihak berwenang Ceko memiliki bukti jelas terkait hubungan agen GRU dari unit 29155 dengan ledakan di gudang amunisi militer dekat desa Vrbetice di Ceko timur tahun 2014 lalu. Babis tidak mengatakan secara rinci alasan dibalik lamanya penyelidikan terkait kasus tersebut.
"Ledakan itu menyebabkan kerusakan material yang sangat besar dan menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan banyak penduduk setempat. Lebih dari itu, ledakan itu menewaskan dua warga," kata Babis.
Diketahui ledakan terjadi pada 16 Oktober 2014 di sebuah gudang amunisi seberat 58 ton. Beberapa bulan kemudian ledakan besar juga terjadi di gudang amunisi yang memuat sekitar 98 ton amunisi.
Pasukan Kejahatan Terorganisir Ceko (NCOZ) mengatakan sedang mencari dua pria yang menggunakan paspor Rusia terkait dengan ledakan tersebut. Pemilik paspor itu diidentifikasi sebagai Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov.
Mereka juga dicari terkait tuduhan keterlibatan pembunuhan mantan agen ganda Sergei Skripal di Salisbury, Inggris pada 2018 lalu.
Rusia membantah terlibat dalam upaya pembunuhan tersebut, di mana sekitar 300 diplomat dipulangkan.
"Kedua pria itu datang ke wilayah Ceko pada Oktober 2014 ketika ledakan Vrbetice terjadi," kata NCOZ, menambahkan bahwa kedua pria itu juga menggunakan identitas bernama Tajik dan Moldova.
Babis mengatakan pengusiran 18 diplomat mendapat dukungan penuh dari Presiden Milos Zeman, yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan Cina.
Akibat hubungan diplomatik yang memanas, Hamacek mengurungkan rencana kunjungannya ke Rusia untuk membahas potensi pasokan vaksin Sputnik V. Ia menyesalkan insiden ledakan 2014 dan mengatakan hal itu akan merusak hubungan Ceko-Rusia.
Dia juga telah memanggil duta besar Rusia Alexander Zmeyevsky untuk menyampaikan keputusan tersebut.
Sementara itu, pada Kamis (15/4) Polandia juga telah mengusir tiga diplomat Rusia karena melakukan kegiatan yang merugikan di negaranya.
Amerika Serikat juga mengumumkan sanksi dan pengusiran 10 diplomat Rusia sebagai pembalasan terkait campur tangan Kremlin dalam pemilihan AS, serangan dunia maya besar-besaran, dan aktivitas Rusia di negaranya.(dtc)