Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Meski harga telur di tingkat pedagang (eceran) relatif mahal, kurang lebih Rp 2.000 per butir, namun kondisi itu tidak membuat peternak ayam petelur makin membaik. Di tingkat peternak, harga telur hanya dihargai Rp 1.050-Rp 1.080 per butir (data Perhimpunan Peternak Petelur Sumatra Utara, per 13 Oktober 2021. Karenanya DPRD Sumatra Utara (Sumut) meminta pemerintah segera bertindak menyelamatkan peternak ayam petelur ini. Demikian ditegaskan anggota DPRD Sumut Sugianto Makmur dalam keterangan tertulisnya, Rabu (13/10/2021).
"Kondisi peternakan ayam semakin hari semakin memprihatinkan. Sejak awal tahun 2021, harga telur terus tertekan dan harga pakan ternak melambung semakin lama semakin tinggi. Pada saat ini harga jual telur sudah di bawah harga pokok produksi. Tentu tidak mengherankan apabila peternak mengungkapkan bahwa aset mereka semakin lama semakin habis dipatok ayam," kata Sugianto.
Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan PDIP Sumut ini menjelaskan, PPKM yang berjilid-jilid juga berdampak terhadap daya beli masyarakat. PPKM memberikan dampak yang sangat buruk kepada toko kue, restoran dan hotel, dimana unit bisnis tersebut merupakan konsumen utama produk telur dan daging ayam. Dengan terpukulnya rekanan bisnis peternak, tentu menyebabkan penyerapan telur dan daging terganggu. Penurunan harga telur juga disebabkan beredarnya telur HE di pasar.
Padahal, tegas Sugianto, pemerintah melalui Permentan secara tegas melarang peredaran telur HE. Larangan menjual telur hatched egg (HE) diatur dalam Permentan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.
Di samping harga telur yang semakin turun, sambung Sugianto, peternak juga menghadapi masalah harga bahan baku yang kian melonjak. Bahan baku pakan ternak terdiri dari 50% jagung dan sisanya terdiri dari bungkil kacang kedelai (SBM), bekatul dan beberapa macam bahan yang harus diimpor karena tidak tersedia di Indonesia.
Ketidaktersediaan jagung di pasar menyebabkan harga jagung yang naik tinggi. Harga jagung sekarang sudah menyentuh Rp 5.300 per kg jauh dari HET yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp 4.500 per kg. Selain itu, bahan baku pakan ternak lain yang harganya naik tinggi adalah bekatul. Bekatul adalah produk sampingan dari padi yang digiling menjadi beras.
"Pada saat ini harga bekatul sudah mencapai Rp 4.600 per kg dari harga normalnya sekitar Rp 2.500 per kg. Kenaikan harga bekatul ini disinyalir disebabkan oleh impor beras. Banyak kilang padi yang tidak beroperasi menyebabkan harga bekatul ikut melambung karena kelangkaan barang. Bahan baku pelengkap lain yang lain seperti SBM (soy bean meal, bungkil kacang kedelai) dan MBM (meat and bone meal, tepung daging) juga mengalami kenaikan harga," tambah Sugianto.
Anggota Komisi B yang membidangi perekonomian dan peternakan ini, mendesak agar pemerintah menerapkan langkah strategis. Salah satunya, mengikutkan telur ayam sebagai komponen dalam bansos PKH mau pun bansos covid-19. "Pemerintah juga boleh membuka keran impor langsung kepada peternak dalam jumlah yang terbatas untuk mengurangi biaya pakan. Ke depannya, pemerintah harus mampu mengontrol harga jagung, supaya tetap menguntungkan petani dan tidak memberatkan peternak," tandasnya.