Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Seluas 20 hektar lahan pertanian milik 35 KK petani warga Desa Kuta Gajah, Kecamatan Kutambaru, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, terendam air Sei Wampu. Akibatnya, tanaman kelapa sawit, jeruk, duku, mahoni, pinang dan lainnya mati. Ini dampak dibangunnya bendungan pembangkit listrik tenaga mikrohidro oleh PT TLE.
Petani Kuta Gajah yang lahannya terendam air membentangkan sepanduk di lahan pertaniannya di Dusun 10 Mbacang. Air merendam lahan pertanian mereka hingga ketinggian air 4 meter.
Menurut petani, waduk milik PT TLE dibangun di aliran hulu Sei Wampu di Dusun Batu Gajah, Desa Empus, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, namun berimbas pada lahan pertanian warga di Desa Kuta Gajah.
"Kami meminta ganti kerugian tanah, dan tanaman dengan harga yang layak dan wajar, sehingga harga ganti untung bisa dibelikan lahan pertanian baru. Sejak terendam air mulai 1 Desember 2021 sampai saat ini, kami tak ada penghasilan. Untuk biaya makan, hidup dan ongkos anak sekolah pun sudah tidak ada lagi," ungkap Malem Pagi Pelawi, warga Dusun Mbacang, Peringatan Kacaribu, warga Dusun Risogong Desa Kuta Gajah, yang diamini 33 petani lainnya yang terdampak merugi akibat bangunan tanggul PT Thong Langkat Energi.
Masyarakat juga meminta, pihak PT TLE memberikan sarana air bersih seperti kamar mandi umum/MCK di tiga titik di sekitar lahan yang terendam air Sei Wampu.
"Sebelumnya, sumber air yang memancar keluar dari tanah dibutuhkan untuk mandi, cuci dan konsumsi oleh warga, sekarang sudah terendam air keruh, ke mana warga mencari air," keluh mereka.
Warga juga meminta pemerintah bisa memberikan solusi yang terbaik untuk menjembatani kepada pihak PT TLE.
Pantauan medanbisnisdaily.com, tanggul dibangun pihak PT TLE di hulu Sungai Sei Wampu untuk kincir pembangkit PLTM berkapasitas 2 x 5 MW, dan berdampak lahan pertanian masyarakat seluas 20 hektar berubah menjadi waduk.