Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Kiev - Otoritas Ukraina berharap untuk mengevakuasi 6.000 wanita, anak-anak dan warga lanjut usia (lansia) dari kota Mariupol yang dikepung dan terus digempur pasukan Rusia. Proses evakuasi hanya bisa dilakukan jika kesepakatan awal dengan Rusia bisa diterapkan.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (20/4/2022), Wali Kota Mariupol Vadym Boichenko, yang telah meninggalkan kota pelabuhan itu, menuturkan 90 bus menunggu untuk bergerak menuju Mariupol. Dia memperingatkan kesepakatan itu hanyalah pengaturan awal dan sekitar 100.000 warga sipil masih berada di dalam kota itu.
Jika kesepakatannya bisa ditegakkan dan diterapkan, maka ini akan menjadi kesepakatan pertama yang tercapai dalam menciptakan koridor aman untuk warga sipil agar bisa meninggalkan kota Mariupol dan mengungsi ke kota-kota Ukraina lainnya sejak 5 Maret lalu.
Kesepakatan sebelumnya runtuh dengan cepat dan banyak warga yang terjebak di dalam kota Mariupol selama berminggu-minggu tanpa pasokan listrik, air mengalir dan pasokan kebutuhan pokok lainnya. Pasukan Rusia diketahui mengepung dan terus menggempur Mariupol.
"Kami berencana untuk mengirimkan bus-bus ke Mariupol, tapi untuk saat ini itu hanyalah kesepakatan awal," sebut Boichenko dalam pernyataan yang disiarkan televisi nasional Ukraina.
Dia melaporkan puluhan ribu orang tewas di kota Mariupol yang sebagian besar telah hancur sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu. Jumlah korban tewas itu tidak bisa diverifikasi secara independen oleh Reuters.
Rusia berulang kali membantah pasukannya telah dengan sengaja menargetkan warga sipil di Ukraina. Belum ada juga pernyataan langsung dari Moskow soal apakah koridor kemanusiaan bisa ditetapkan agar warga sipil bisa keluar dari Mariupol.
"Mengingat situasi bencana kemanusiaan di Mariupol, di sinilah kita akan memfokuskan upaya-upaya kita hari ini," ucap Wakil Perdana Menteri (PM) Ukraina Iryna Vereshchuk dalam pernyataan via Facebook.
Dia menambahkan bahwa orang-orang yang ingin meninggalkan Mariupol bisa berkumpul di kota itu pukul 14.00 waktu setempat. "Mengingat situasi keamanan yang sangat sulit, perubahan dapat terjadi aksi koridor," imbuhnya.
Dalam ultimatum terbaru pada Selasa (19/4) waktu setempat, Rusia menyerukan agar pasukan Ukraina yang masih bertahan di Mariupol untuk segera meletakkan senjata mereka dan menyerahkan diri.
Mariupol yang ditinggali lebih dari 400.000 orang sebelum invasi Rusia, diketahui menjadi pelabuhan penting bagi ekspor industri dan pertanian, juga menjadi lokasi sejumlah pabrik logam terbesar di Ukraina.
Jika berhasil menguasai Mariupol, maka Rusia akan memiliki kendali penuh atas pesisir Laut Azov dan bisa membentuk jembatan darat yang aman yang menghubungkan daratan utama Rusia dan wilayah Ukraina bagian timur yang dikuasai separatis pro-Moskow dengan Semenanjung Crimea. dtc