Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Sebanyak 333 keramik dari kapal dagang Tiongkok Tek Sing yang tenggelam di lepas pantai Indonesia pada 1822 dikembalikan. Kapal ini dijuluki sebagai kapal Titanic of the East.
Dalam keterangan tertulis, Kamis (18/8/2022), Kedutaan Australia menjelaskan bahwa lebih dari 1.600 orang hilang ketika kapal dagang Tiongkok Tek Sing kandas di lepas pantai Indonesia pada 1822. Kapal karam itu kemudian disebut sebagai 'Titanic of the East' karena jumlah korban yang hilang.
Selain korban jiwa, turut hilang muatan kapal sekitar 350 ribu buah porselen biru dan putih Tiongkok. Tek Sing dan benda budayanya berada di bawah perairan Selat Gaspar hingga 1999, ketika akhirnya ditemukan oleh penyelam Inggris.
"Sayangnya, sebagian besar porselen dilelang di seluruh dunia. Untungnya, banyak keramik dari ekspedisi penyelamatan awal disita oleh Pemerintah Australia dan dikembalikan kepada Indonesia pada 2001," kata Kedubes Australia dalam keterangannya.
"Sekarang--tepat 200 tahun setelah kapal tenggelam--kami mengembalikan lebih banyak lagi. Pemerintah hari ini mengembalikan 333 keramik lagi dari Tek Sing kepada pemerintah Indonesia," lanjutnya.
Benda-benda terbaru ini--yang dihapus dalam penyelaman berikutnya--ditemukan dengan bantuan Polisi Federal Australia di Perth. Polisi Australia sempat melakukan penyelidikan setelah benda tersebut diiklankan untuk dijual secara online.
Pengembalian akan dilakukan di bawah Undang-Undang Perlindungan Warisan Budaya Bergerak, yang mendukung pengembalian kekayaan budaya asing setelah diekspor secara ilegal dan diimpor ke Australia.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan Tony Burke mengatakan penyerahan ini merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Australia untuk melindungi dan menjaga warisan budaya bergerak dunia.
"Mengembalikan barang-barang ini ke Indonesia - yaitu tempat asalnya - adalah memperbaiki hal yang salah," ujarnya.
Tony mengatakan barang-barang ini semestinya tidak keluar dari Indonesia apalagi dijual. Barang ini mesti dilestarikan secara baik.
"Barang-barang ini seharusnya tidak pernah keluar dari Indonesia dan ditawarkan untuk dijual. Barang ini milik otoritas budaya Indonesia sehingga dapat dilestarikan dengan baik," ungkapnya.
Karena itu, Tony mengatakan, Australia tegas terhadap pengembalian warisan budaya yang dicuri. Australia ingin membantu pengembalian ini.
"Pemerintah Australia memiliki pandangan tegas terhadap pengembalian warisan budaya yang dicuri. Di mana itu dilakukan pada warga Australia, kami ingin benda-benda itu untuk dikembalikan. Dan saat Australia menyimpan benda-benda yang seharusnya tidak kami miliki, kami ingin membantu mengembalikannya," ujarnya.
"Dengan mengembalikan barang-barang ini ke Indonesia, kami juga menghormati mereka yang meninggal dalam bencana ini," sambungnya.
Upacara serah terima secara resmi berlangsung di KBRI Canberra pada Rabu, 17 Agustus 2022. Tanggal ini juga menandai hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. dtc