Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Bogor - Kenaikan tarif ojek online (ojol) ditanggapi beragam oleh driver ojol. Driver ojol di Bogor menyebut kenaikan tarif disebut tetap tidak menguntungkan pengemudi lantaran biaya potongan oleh pihak operator atau perusahaan pemilik aplikasi ikut naik hingga 20 persen dari total pembayaran penumpang.
"Sama aja, Bang, tarif naik juga nggak ngaruh. Masalahnya penarikan (potongan, red) ke kantornya makin gede. Jadi sama saja, nggak bikin kita untung," kata driver ojol bernama Hendri Hermawan ditemui di sekitar Simpang Air Mancur, Kota Bogor, Minggu (11/9/2022).
"Sekarang misalnya ongkos penumpang bayar 26 ribu, kalau dulu saya dipotong cuma 10 persen, dapetlah di atas 20 ribu yang masuk ke saya pribadi, sisanya masuk kantor. Sekarang dari 26 ribu dipotong 20 persen, kita dapet cuma dapet 20 ribu pas, dulu kita bisa dapet di atas 20 ribu," tambahnya.
Hendri berharap jumlah potongan oleh aplikator dikembalikan ke angka 10 persen dari total biaya ongkos yang dibayar penumpang.
"Kalau saya mah mending dibalikin ke semula. Penarikan kantor (potongan) cuma 10 persen. Soalnya kalau sekarang itu kenaikan tarif nggak menguntungkan kita juga, cuma beratin penumpang, bikin pelanggan pindah," kata pria yang sudah 6 tahun jadi driver ojol ini.
"Kan kalau dulu di Grab argo murah, orderan banyak, potongan dari kantor cuma 10 persen. Kalau sekarang argo mahal, penarikannya (potongan) mahal, bensin mahal, penumpangnya nggak ada. Perbandingannya soal penarikan, dulu cuma seribu sekarang lima ribu. Malah lebih dari 20 persen sekarang itu," tambahnya.
Hal serupa diungkap Ketua Komunitas Ojol di Jl Lodaya Kota Bogor bernama Fetty. Ia menyebut angka potongan oleh pihak perusahaan pemilik aplikasi dianggap terlalu tinggi.
"Kalau tarif dinaikkan, tapi pemotongan ke ojol (biaya sewa aplikasi) masih tinggi, tetap saja minim, pendapatannya masih sedikit. Jadi sekarang itu kalau penumpang bayar Rp 14 ribu, kita dapatnya cuma Rp 8 ribu, sisanya dipotong biaya sewa aplikasi. Sama saja potongannya gede, pendapatan kita tetap kecil," kata Fetty.
Ia bahkan menyebut potongan yang dilakukan pihak pemilik aplikasi lebih dari 20 persen. Karena itu, Fetty pun berharap agar potongan aplikator kepada mitra ojol dikurangi.
"Padahal secara aturan harusnya itu kan potongannya 20 persen. Kalau cuma nerima Rp 8.000 itu kan jauh dari 20 persen. Kita harapkan potongan dari pihak aplikator jangan besar. Bikin kita sebagai mitra semakin kecekek," ungkapnya.
Fetty pun mengeluhkan sepinya penumpang belakangan ini. Apalagi, kata dia, usai harga BBM naik.
"Orderan saat ini aja lagi susah dan belum normal. Apalagi setelah BBM naik, makin susah juga. Sehari kita dapat 10 penumpang itu udah bagus. Tapi itu susah dan jarang. Mau Grab mau Gojek, sama semua (sepi order)," tambah Fetty.
Sementara itu, Lina Aprilianti, warga Kebon Pedes, Kota Bogor, menyebut kenaikan tarif ojol merupakan hal biasa. Namun, menurutnya, kenaikan harga ojol saat ini terlalu tinggi dan memberatkannya.
"Iya ternyata naik ya sekarang ongkos ojol, biasanya saya dari Ciomas ke Air Mancur itu cuma 20.000 atau 21.000, sekarang (naik) jadi 26.500. Lumayan juga naiknya sekitar 5 ribuan ya. Terus yang biasanya 10 dari Kebon Pedes ke Warung Jambu cuma 10.000 sekarang sudah 15.000," kata Lina.
Dia berharap tarif ojol tidak dinaikkan. "Ya sebetulnya kalau harus milih ya jangan dinaikin tarifnya. (Tarif) naik boleh, mungkin karena biaya operasional ojolnya nambah ya, kan karena bensin juga naik ya, itu otomatis dah, sudah pasti (kenaikan tarif). Tapi kalau bisa jangan gede gini naiknya," tambahnya. dtc