Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Ganjar Pranowo unggul atas Anies Baswedan dan Prabowo Subianto dalam survei elektabilitas Capres 2024 yang baru dirilis Lembaga survei Charta Politika. Charta Politika menjelaskan kantong-kantong pemilih suara Ganjar, Anies dan Prabowo.
Survei tersebut dilaksanakan pada 8-16 Desember 2022 melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel sebanyak 1.220 responden yang tersebar di 34 Provinsi. Sampel dipilih menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error ± 2,83% pada tingkat kepercayaan 95%.
Diketahui dalam survei Charta Politika, sebanyak 31,7% responden menyatakan memilih Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, disusul 23,9% responden memilih Anies Baswedan dan 23% responden memilih Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Charta Politika memaparkan wilayah kantong pemilih capres 2024 berdasarkan simulasi 10 nama.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, mengatakan dari 3 nama tokoh tersebut cenderung menguasai daerah-daerah yang dikuasai pada Pemilu 2014 dan 2019. Misalnya Ganjar Pranowo disebut menguasai daerah yang dikuasai Jokowi pada Pilpres 2024 dan 2019, sedangkan suara Prabowo cenderung ada sebagian dikuasai oleh Anies.
"Kalau kita lihat hanya 3 nama ini yang kemudian yang menguasai daerah-daerah dan cenderungannya tidak jauh berbeda dengan situasi satu bulan atau dua bulan lalu, dan yang menarikan tidak berbeda juga kalau temen-temen perhatikan dengan data Pemilu 2014 dan 2019," kata Yunarto, dalam rilis survei yang disiarkan secara daring di YouTube Charta Politika Indonesia, Kamis (22/12/2022).
"Ada kecenderungan daerah yang Pak Jokowi buat sekarang dikuasai oleh Ganjar. Ada kecenderungan daerah yang dulu dikuasai oleh Pak Prabowo mulai digerogoti oleh Anies dan sebagian diantaranya masih dikuasai oleh Pak Prabowo," katanya.
Berikut ini kantong wilayah yang dikuasai 3 tokoh tersebut:
Kantong suara wilayah pemilih Ganjar Pranowo:
1. Sumatera 20,4%
2. DKI Jakata dan Banten 24%
3. Jawa Barat 13,8%
4. Jawa Tengah dan DIY 70%
5. Jawa Timur 33,7%
6. Bali, NTB dan NTT 53,3%
7. Kalimantan 31,4%
8. Sulawesi 6,7%
9. Maluku dan Papua 38%
"Mas Ganjar sendiri kuat di Jawa Tengah dan DIY dengan angka sangat jauh di angka 70%, Jawa Timur di angka 33,7%, Bali NTB NTT 53,3%, ini basis Pak Jokowi terutama di Bali dan NTT dan terakhir di Maluku Papua dengan angka 38%," katanya.
Sementara kantong suara wilayah pemilih Anies:
1. Sumatera 31,2%
2. DKI Jakata dan Banten 36%
3. Jawa Barat 28,1%
4. Jawa Tengah dan DIY 8%
5. Jawa Timur 17,9%
6. Bali, NTB dan NTT 20%
7. Kalimantan 34,4%
8. Sulawesi 26,7%
9. Maluku dan Papua 16%
"Mas Anies sudah menguasai Sumatera dengan angka 31,2%, DKI Jakarta Banten daerah di tempat Mas Anies berkuasa 36%, Kalimantan di angka 34,4%," ujarnya.
Sedangkan kantong suara wilayah pemilih Prabowo:
1. Sumatera 22%
2. DKI Jakata dan Banten 19%
3. Jawa Barat 31,9%
4. Jawa Tengah dan DIY 10,5%
5. Jawa Timur 28,9%
6. Bali, NTB dan NTT 13,3%
7. Kalimantan 22,9%
8. Sulawesi 35,6%
9. Maluku dan Papua 14%
"Sedangkan Pak Prabowo masih menguasai wilayah Jawa Barat daerah basisnya selama 2 Pemilu dan daerah Sulawesi yang merupakan daerah basisnya selama 2 kali pemilu," ujarnya.
Oleh karena itu, menurutnya, ada kecenderungan pembelahan suara masih terjadi. Sementara suara Anies dan Prabowo saling berebut.
"Kecenderungan orang yang menginginkan kelanjutan, melihat bahwa ini untuk kemudian pantas diemban oleh Ganjar karena dianggap paling identik sehingga kemudian menyebabkan Ganjar mendapatkan daerah-daerah yang Jokowi juga kuat," katanya.
"Yang menarik adalah perebutan daerah atau penggerogotan daerah yang dulu merupakan daerah yang tidak memilih Jokowi kecenderungannya terjadi kanibalisme antara suara Mas Anies dengan suara Pak Prabowo. Kenapa? Mas Anies menikmati pilihan politik Pak Prabowo untuk masuk ke dalam barisan pemerintahan pak Jokowi yang membuat sebagian pemilih Pak Prabowo yang belum tentu dulu memilih karena suka dengan brandingnya Pak Prabowo tapi karena 'asal bukan Jokowi' cenderung melihat simbol baru namanya Anies Baswedan," tuturnya. dtc