Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sejumlah warga menunjukkan aksi protes dengan menanam pohon pisang dan tumbuhan lain serta membuat kolam di atas badan Jalan Menteng 2, Kelurahan Binjai, Kota Medan.
Pasalnya jalan mereka yang merupakan proyek penggalian untuk penanaman beton saluran air yang dimulai bulan September 2022 lalu, hingga kini masih mengganggu aktivitas keseharian masyarakat.
Sejumlah tokoh warga di antaranya Juhadi Sinaga dan Seksio Joshua Siregar kepada wartawan menceritakan keluhan warga Jalan Menteng II dan sekitarnya pada saat dimulainya penggalian.
"Aktivitas warga, baik itu yang usaha, aktivitas sehari-hari lumpuh, karena kendaraan terutama mobil warga untuk berangkat kerja kantoran maupun untuk usaha tidak bisa keluar dari rumah," ujar Juhadi Sinaga kepada wartawan di Medan, Rabu (08/02/2023).
Dikatakan tempat-tempat usaha seperti salon, jualan ayam, toko kelontong dan lain-lain sepi pembeli. Bahkan, usaha bengkel mobil di tepi Jalan Menteng II itu sempat pindah dan menyewa tempat lain selama sebulan lebih.
Setelah proyek drainase itu selesai, banyak pengendara sepeda motor yang terjatuh akibat badan jalan berlumpur, berkerikil dan berlobang. Mobil pun tidak sedikit yang susah bergerak karena bannya masuk ke cekungan yang cukup dalam dan berlumpur.
Ia menilai pihak kontraktor tidak memadatkan tanah setelah menamam precast drainase itu. Akibatnya, permukaan tanah turun lagi sehingga banyak cekungan akibat hujan hingga bulan Januari 2023 lalu. Proyek drainase itu pun disebut telah "menyulap" Jalan Menteng II menjadi arena bagi penggemar offroad
Apa yang dialami warga itu juga disoroti kalangan praktisi jasa konstruksi. Perencanaan proyek-proyek infrastruktur di Medan yang bernilai ratusan miliar rupiah tahun 2022, dianggap belum berdasarkan analisa komprehensif.
Mereka menilai pekerjaan rehabilitasi drainase menggunakan uditch atau beton precast itu terkesan sporadis dan tidak diprioritaskan di daerah-daerah rawan banjir.
Proyek rehabilitasi drainase itu juga kurang memperhatikan elevasi ke tujuan akhir pembuangan air. Akibatnya, air hanya tergenang di drainase yang sudah terbangun itu karena tidak mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Seperti dikatakan salah satu kontraktor saat berbincang-bincang di Sekretariat Asosiasi Kontraktor Nasional (Askonas) Sumut Jalan Tapian Nauli Medan, Rabu (08/02/2023), mencontohkan masalah serupa yang terjadi di Jalan Menteng VII.
"Proyek drainase di Jalan Menteng VII dekat kawasan pusat industri kerajinan (PIK) juga amburadul. Aktivitas ekonomi warga juga terganggu, terutama masuk ke kawasan PIK itu. Kontraktor yang mengerjakan seperti tidak peduli, seenaknya meletakkan peralatan berat dan galiannya sampai menutup akses masyarakat. Kami juga warga di sekitar itu," kata Sitompul.
Sementara Bahtiar Panjaitan alias Moko, Rikson Sibuea ST dan konsultan senior Danner Siagian ST mengatakan, proyek rehabilitasi drainase itu juga terkesan sporadis dan tanpa analisa komprehensif di tahap perencanaannya.
Soalnya lanjut Rikson, banyak proyek drainase yang dikerjakan di daerah-daerah yang bukan kawasan rawan banjir seperti di Jalan HM Jhoni Medan, Jalan Menteng II dan Menteng VII, Jalan Sei Asahan dan Sei Batuginggi di Kecamatan Medan Baru.
Kemudian, seharusnya diperhatikan juga analisa dampak lingkungan (Amdal) mengantisipasi bagaimana warga dan arus lalulintas tidak terganggu.
Pantauan wartawan, proyek rehab drainase juga masih belum rampung di Jalan Sei Asahan kawasan Medan Baru. Beton-beton penutup drainase juga masih menumpuk di tepi jalan itu.
Selain itu, pemasangan precast saluran air mengakibatkan badan Jalan Aman di Kecamatan Medan Kota menjadi menyempit sehingga susah dilalui dua mobil yang berpapasan. Mestinya beton precast yang ditanam di badan jalan yang sempit, dipilih beton yang lebih kecil ukurannya.
"Untung saja warga tidak menggugat terutama banyaknya tempat usaha yang hilang omzetnya akibat akses jalan lumpuh akibat penggalian yang dilakukan pada saat pengerjaan proyek itu. Tanda-tanda peringatan dan pengamanan sampai plank proyeknya pun tidak ada dipasang," kata Rikson Sibuea yang Ketua Askonas Sumut.
Seperti pernah diberitakan media, massa anggaran untuk rehabilitasi proyek drainase tahun 2022 kemarin bernilai Rp 1 triliun, namun yang terserap hingga akhir tahun itu baru Rp 500 miliar.
Mereka juga tidak mengenal nama perusahaan-perusahaan yang mengerjakan proyek-proyek itu apakah perusahaan dari luar Provinsi Sumut atau perusahaan baru. Pekerjaannya pun banyak yang tidak tuntas sampai bulan Januari 2023 kemarin.
Para kontraktor itu sebenarnya cukup prihatin dengan niat baik Bobby Nasution yang mungkin ingin menangani banjir di Medan. Hanya saja, pelaksanaan di lapangan malah tidak optimal, bahkan banyak dikeluhkan masyarakat di lokasi proyek dan para pengendara.
"Niat Wali Kota Bobby Nasution baik, tapi baik saja tidak cukup tapi harus dikawal proyek itu jangan sampai merugikan warga. Kita yakin tahap perencanaannya asal-asalan. Apakah itu kesalahan tenaga ahli konstruksi di instansi terkait atau memang perencanaan yang didesain perusahaan konsultan yang asal jadi. Elevasi badan drainase aja tidak diperhatikan sehingga air tidak mengalir dan hanya tergenang. Kita jadi mempertanyakan kinerja konsultan perencanaan dan pengawasannya," kata Rikson Sibuea.