Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
BUKAN rahasia umum lagi jika teknologi digital, yakni, media sosial banyak mengubah berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat saat ini. Mulai dari gaya hidup, cara berkomunikasi sampai dengan mengambil suatu keputusan tertentu. Pilihan satu-satunya adalah teknologi sebagai superkonduktor dalam menyelesaikan seluruh persoalan, baik yang bersifat individu, kelompok maupun organisasi.
Perhelatan perkembangan teknologi digital saat ini memang tidak bisa dibendung. Perkembangan teknologi semakin pesat dan membawa pengaruh besar bagi kehidupan kita sehari-hari.
Pengaruh yang dibawanya tidak hanya gaya hidup, juga peluang besar bagi masyarakat dalam meningkatkan kapasitas dan stabilitas diri, serta saluran efektivitas kerja menjadi lebih mudah dan cepat.
Melalui teknologi akses informasi dari berbagai sumber dapat diserap untuk mengakomodir beragam kegiatan, sosial, budaya, pendidikan maupun agama dan lain-lain. Dengan berbagai macam fitur lengkap dari digitalisasi ini dapat dimanfaatkan untuk proyeksi pertumbuhan produktivitas lebih maksimum.
BACA JUGA: Digitalisasi Desa Cegah Tipikor
Teknologi sendiri pada tatanan sosial saat ini suatu perubahan yang membawa manusia pada pola hidup yang berbeda pada puluhan tahun yang lalu.
Perkembangan teknologi dari berbagai variabel akan bergerak searah sesuai kebutuhan zaman. Apa yang dibutuhkan zaman, maka teknologi secara otomatis akan mendeteksinya melalui gerakan penggunanya.
Manfaat teknologi digital sudah terlihat dengan jelas dalam kehidupan masyarakat saat ini, bahwa keuntungan dari pemanfaatan teknologi mampu merubah pola berpikir manusia menjadi kritis, kreatif, inovatif dan produktif. Hal ini menandakan betapa pentingnya teknologi pada dunia dewasa ini bagi masyarakat dari berbagai aktivitas sosial.
Untuk memahami teknologi lebih jauh, saya mempunyai sebuah pengalaman yang cukup menarik atas kehadiran teknologi digital saat ini. Jujur, saya adalah salah satu pengguna aktif media sosial, seperti, Facebook, Twitter, Instagram, Tiktok dan sebagainya.
Dari informasi yang beragam dan bertebaran di media sosial tersebut, saya mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman yang luas.
Sebagai seorang pengguna aktif media sosial, saya sempat bermedia sosial sangat gila-gilaan tanpa batas waktu. Bayangkan saya mempunyai empat akun dan keempat akun sosmed saya itu aktif setiap hari dengan macam informasi yang saya dapatkan.
BACA JUGA: Generasi yang Hidup Berdampingan dengan Hoax
Namun, saya mungkin sedikit berbeda dengan orang lain. Segala jenis informasi di media sosial yang saya dapat tidak ditelan begitu saja, akan tetapi saya selalu melakukan cross check (verifikasi) untuk mendapatkan informasi yang berimbang dan aktual.
Bahkan jika dipikir-pikir hingga saat ini banyak informasi positif dari media sosial yang membantu saya dalam menciptakan eksistensi diri. Ruang media sosial tersebut, saya manfaatkan sebagai medium untuk memupuk potensi diri menjadi lebih berkualitas dan produktif.
Satu frasa bahwa teknologi digital sangat membantu menumbuhkan kualitas dan kuantitas masyarakat menjadi lebih ontentik. Pola perilaku masyarakat semakin lama semakin dideterminasi oleh arus teknologi digital (media sosial) menjadi berubah dari sikap primitif menjadi masyarakat yang modern.
Akan tetapi, hadirnya teknologi digital dengan seluruh perangkat modernnya menjadi hambar jika pemanfaatannya hanya sebatas mengikuti trend masa kini, namun lupa esensi dari media sosial itu sendiri.
Media sosial umumnya tidak selalu berdampak positif terhadap pola kehidupan masyarakat, di lain sisi teknologi juga dapat berdampak negatif dan memburuk dalam kehidupan sosial masyarakat.
Sebab, arus informasi yang sangat dinamis dengan konten-konten vulgar di media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, Tiktok dan lain-lain membuat pola perilaku masyarakat semakin menjauh dari nilai-nilai budaya maupun agama.
BACA JUGA: Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi dan Merdeka Belajar
Media sosial yang seharusnya wadah positif kreativitas dalam menjalani kehidupan sosial baik di dunia maya maupun di dunia nyata, akhirnya berbuntut pada pergeseran etika dan moral.
Siapa yang disalahkan, teknologi atau manusia? Kalau pandapat saya adalah manusianya yang salah. Karena manusia memiliki instrumen kognitif, afektif dan konatif untuk mengendalikan segala informasi baik bentuk tulisan, lisan dan video yang berseliweran di media sosial.
Fakta empiris menjadi dasar aktualisasi dari pola perilaku masyarakat dari rentetan perkembangan dunia teknologi hari ini. Peristiwa di dunia maya menunjukkan dari berbagai lapisan sosial masyarakat mengalami kemunduran mentalitas kebudayaan akibat dorongan informasi brutal di media sosial.
Akhirnya, tidak sedikit masyarakat terjebak dan lupa diri akibat informasi yang sangat bebas dan tanpa jarak dari bangunan raksasa media sosial.
Masyarakat kita begitu mudah melakukan anarkis dalam bentuk bullying, menghakimi, memaki orang lain tanpa mengenal alasan serta tujuan pembuat informasi.
Media sosial memang benar-benar galak! Masyarakat cepat memutuskan sesuatu tanpa dasar pertimbangan dan verifikasi terhadap informasi yang di dapatkan.
BACA JUGA: Pengangguran dan Generasi Produktif
Informasi yang entah dari mana sumbernya di serap mentah-mentah tanpa melalui proses pengolahan atau penyaringan yang matang. Sehingga, informasi atau konten-konten yang di konsumsi tersebut berdampak buruk terhadap kehidupan sosial serta perkembangan masyarakat itu sendiri.
Dan pada akhirnya, masyarakat yang di kenal dengan taat akan agama dan kental dengan nilai etika budaya pelan-pelan tersayat dan terbelah oleh arus informasi digital yang gegabah. Perilaku yang muncul di permukaan ialah sikap individualisme, egoisme hingga melupakan adab kemanusiaan.
Saya mengambil salah satu contoh perilaku penggunaan media sosial, yakni TikTok. Awalnya TikTok adalah sama dengan aplikasi sosmed lainya dibuat untuk menyajikan kreativitas,pengetahuan serta hal-hal produktif lainnya.
Namun dunia TikTok membawa perubahan gaya hidup yang signifikan di kalangan banyak orang terutama di Indonesia. Banyak hal positif dari TikTok sudah pasti. Tetapi tidak sedikit mempunyai sisi ekstrim dan kontradiktif pada tatanan budaya dan agama.
Banyak pengguna TikTok yang kehilangan rasa malu akibat mencari nama dan popularitas semata, atau dalam bahasa zaman now adalah "followers". Silahkan kalian lihat sendiri bagaimana realitas dunia TikTok yang perankan oleh para penggunanya. Perilaku mereka sulit didefinisikan oleh akal dan pikiran.
BACA JUGA: Merdeka Belajar dan Pelajar di Kampung
Seperti yang saya maksud dalam judul tulisan ini yakni, masyarakat seharusnya bersikap "Berpikir Global dan Bertindak Lokal" atau "Think Globally, Act Locally".
Artinya, masyarakat memiliki sikap yang terbuka dan bebas terhadap perkembangan dunia secara menyeluruh sebagai penunjang kompetensi diri. Namun tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan lokal sebagai dasar perilaku dan tindakan yang dilakukan saat bermedia sosial.
Benar! Teknologi memang tidak bisa cegah, dia sudah menyatu sebagai kebutuhan biologis manusia yang bergerak secara bersamaan. Tetapi, dilain sisi teknologi dengan berbagai fitur yang bertebaran di internet dapat di asosiasikan dengan memahami, menganalisis mana yang lebih penting dan layak untuk di adopsi sebagai pendukung dari aktivitas dan mana yang bertentangan dengan nilai budaya, sosial maupun agama. Semua kembali ke diri kita masing-masing!
====
Penulis Penggiat Literasi Sosial Tinggal di Kota Batam.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]