Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Pada tahun 2045 negara kebangsaan Indonesia yang telah merdeka dari penjajahan asing akan genap berusia 100 tahun. Pada tahun itu bangsa Indonesia bertekad untuk menjadi bangsa dan negara-bangsa (nationstate)-Indonesia yang maju, berdaulat, adil, dan makmur berdasarkan nilai-nilai dan moral Pancasila. Sebagai sebuah bangsa yang sejajar dan sederajat di antara bangsa-bangsa maju yang lain, Indonesia harus menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta karakter yang kuat untuk lebih mampu mengolah dan mengelola kekayaan sendiri sehingga dapat dinikmati oleh bangsa sendiri secara adil demi tercapainya kesejahteraan bangsa dan perdamaian dunia.
Merujuk pernyataan visi di atas sikap intervensi terhadap warisan budaya lokal dilihat dari sudud positif yakni mengawetkan sub-budaya yang telah punah dan ia perlu dihidupkan dalam bentuk inventarisasi, dokumentasi dengan cara mengajarkan atau menyebarkan tulisan
Kita perlu melipatgandakan media pendidikan karakter oleh karena ia diperlukan untuk menghadapi beberapa kelemahan bangsa kita khususnya masyarakat Sumatra Utara yang berbilang kaum dan agama. Usaha yang dilakukan adalah: (1) Penghayatan nilai moral dan etika (2) Kesadaran politik dan kesadaran berbangsa (3) Kesadaran sejarah (4) Kesadaran budaya. (5) Pemahaman akan sikap ilmiah.
Dialog dan Kesepakatan
Dialog adalah persoalan memberi dan menerima. Komunikasi dialogis mengharuskan kita menggunakan sebuah bahasa yang sedikit banyaknya dapat dipahami bersama. Kenyataannya di masa dahulu hasil sebuah dialog masyarakat dahulu (budaya Melayu) menghasilkan kesepakatan memilih dan menetapkan kepemimpinan dalam bermasyarakat dan bernegara.
Konvensi tekstual Melayu banyak menanamkan kearifan dan kebijakan sebagai mediasi bernegosiasi dengan sidang pendengar yang hidup dalam wilayah niraksara. Dalam peristiwa kehidupan itu sikap dan pemikiran masyarakat Melayu masih menumpukan pada perjanjian-perjanjian budaya (konvensi budaya) yang bermuara pada pakat budaya berbasis pakat adat dan adab bermasyarakat.
BACA JUGA: Guru Prajurit Pendidikan
Berdasarkan kesepakatan adat tersebut lahirlah beberapa kriteria memilih pemimpin dan kepemimpinan:
1. Pemimpin Agak
Pemimpin agak tidak memiliki kepercayaan diri, goyah dan lemah semangat. Seperti kata ungkapan: Hati bimbang dan banyak agak/Kerja tak ada rancangan banyak/Masa habis teragak-agak/Pikiran pendek hati pengemak
2. Pemimpin Agul
Yang dimaksud pemimpin agul, pemimpin yang suka menghantuk, melaga antara satu dengan yang lainnya, memfitnah dan memecah belah masyarakat. Orang tua-tua mengatakan: Pemimpin Agul akalnya busuk/kemana pergi hantuk-menghantuk/Negeri binasa rakyat beramuk/tuah hilang marwah terpuruk.
3. Pemimpin Aib
Yang dimaksud tipe pemimpin ini, membawa malu kepada umatnya, karena tak memiliki rasa aib dan malu. Dalam ungkapan dikatakan: Pemimpin tidak beraib malu/pikiran menyalah hati berbulu/Awak bodoh berlagak tahu/Orang berlebih ia cemburu/Orang menasihati ia tak mau.
Salah satu nilai utama dalam budaya Melayu Indonesia itu ialah perkara 'aib dan malu'. Orang Melayu amatlah menjaga jangan mendapat aib dan malu, serta jangan pula membuang rasa aib dan malunya. Orang yang sudah tidak beraib malu hakikatnya sama dengan hewan. Sikap hidup 'tak bermalu' amatlah ditabukan dalam kehidupan orang Melayu.
Acuan di atas akan lebih ketat lagi bagi seorang pemimpin. Apabila pemimpin tidak beraib malu, pemimpin itu akan dipandang rendah, ditentang dan dibenci oleh rakyatnya.
4. Pemimpin Akal
Pemimpin akal yakni pemimpin yang berakal, arif dan bijak. Orang tua-tua mengatakan: Pemimpin akal/ilmunya dalam tiada disangkal/memikul beban ianya kekal/Pikiran bulat/lmannya tebal/Memimpin selalu menuruti bekal/Tahukan diri sedar ke asal. Orang bijak mengatakan, kalau pemimpin akal sudah terpilih/Yang keruh menjadi jernih/Apabila akal dijadikan tiang/Urusan sempit menjadi lapang.
Keyakinan masyarakat pada umumnya terhadap keberhasilan pemimpin akal ini terutama disandarkan kepada acuan budayanya yang menganggap orang berakal memiliki kelebihan dan mampu melaksanakan tugasnya dalam berbangsa dan bernegara dengan baik.
Dengan demikian berdasarkan beberapa ciri pemandu untuk memilih pemimpin termasuk menjelang pilkada yang secara serentak dilakukan tanggal 9 Desember 2020, maka pesan kesepakatan budaya di atas dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih pemimpin masa depan. Semoga!
====
Penulis Dosen dan Sastrawan
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Gunakan kalimat-kalimat yang singkat (3-5 kalimat setiap paragraf). Judul artikel dibuat menjadi subjek email. Tulisan TIDAK DIKIRIM DALAM BENTUK LAMPIRAN EMAIL, namun langsung dimuat di BADAN EMAIL. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]