Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis. Medan - Distribution store atau biasa dikenal distro atau di Medan lebih dikenal dengan sebutan konco menjadi favorit di kalangan anak muda di tahun 2007. Padahal sebenarnya, toko seperti ini sudah mulai menjamur di Indonesia sejak 20 tahun lalu. Di distro ini, toko akan menerima titipan pakaian dan aksesori produksi produsen lokal untuk mereka jual.
Berawal dari Bandung di pertengahan tahun 90-an, distro lebih mengkhususkan diri untuk menjajakan produk yang berhubungan dengan band independen. Mereka biasanya menjual CD/kaset, kaos dan stiker. Tak urung, jaket dan celana juga ikut dijual dalam usaha yang memiliki konsep awal sebagai usaha rumahan itu.
Lalu seiring berjalannya waktu distro kian berubah menjadi pilihan masyarakat, khususnya anak muda dalam menentukan gaya, tidak hanya kaos dan celana namun sepatu, jacket, dompet hingga aksesoris lainnya juga mereka jual.
Hingga sekarang, distro tetap menjadi salah satu pilihan menarik untuk berburu baju produksi lokal dengan harga terjangkau. Walaupun di Medan menjamur pedagang kaki lima yang mengklaim barang dagangannya sama dengan kualitas distro dengan harga lebih murah, distro masih tetap bertahan.
Dikutip dari berbagai sumber, keunikan distro biasa terdapat pada desain kaos yang dijual. Jumlah kaos yang dijual juga dalam jumlah terbatas karena sablon logo yang unik adalah hasil rancangan sendiri. Bahan katun berkualitas menjadi prioritas dalam pilihan jualan supaya nyaman digunakan pembeli.
Meski bersifat independen, mereka juga terus mengikuti perkembangan mode saat ini.
Tidak lengkap rasanya jika perbincangan soal distro tidak menyoal harga. Karena menyasar anak muda, tentu saja distro tidak menjual barang-barang dengan harga jutaan.
Kisaran puluhan ribu sampai ratusan ribu menjadi harga yang ditawarkan dari setiap produk distro. Maka itu, tidak heran jika kalangan anak muda lebih memilih untuk belanja di distro daripada butik-butik kelas atas.
Selain itu, keunikan distro adalah biasa dijadikan tempat berkumpulnya satu komunitas tertentu. Biasanya, distro lebih menyangkut pada komunitas musik.
Suasana ramai dan perbincangan soal musik biasanya menjadi hal yang lumrah di tempat itu. Jadi, jangan heran jika melihat banyak musisi atau komunitas berada di dalam distro.
Medanbisnisdaily.com mencoba menelusuri perkembangan distro yang ada di Kota Medan, salah satunya di Jalan halat, Kecamatan Medan area.
Salah satu Distro terkenal di Kota Medan yakni Konco One, akan menjelaskan bagaimana mereka dapat bertahan, Menurut managernya, Rizki (20), Konco One merupakan distro pertama yang berada di Jalan Halat.
“Itulah kenapa kami beri nama one, karena kamilah yang pertama. Bertahan 20 tahun bukan hal yang muda bagi kami. Menjaga layanan, ramah dengan pelanggan dan kualitas serta originalitas produk menjadi kunci kami tetap bertahan dengan dengan situasi ekonomi yang tidak stabil," ujarnya.
Rizki melanjutkan barang original yang mereka jual order langsung dari Bandung, bukan dari Tanah Abang Jakarta.
“Walau pun harganya lebih mahal, tapi untuk kualitas kami bisa jamin ke semua pelanggan kami, bahkan untuk komplain mengenai produk itu tidak ada," tuturnya.
Bukan hanya Konco One, tapi Rockline, distro yang mulai berdiri 4 tahum silam di Jalan Halat, simpang Jalan Gedung Arca, juga mempertahankam original produk mereka.
Mustika, pemilik Rockline menjelaskan, Rockline berdiri sudah 14 tahun. “Distro pertama kami itu berada di Aek Kanopan, jalan lintas Sumatera, lalu setelah membuka cabang di Pematangsiantar dan Kisaran , lalu kami membuka cabang di sini," ujarya.
Menurut Mustika, perlu waktu 5 tahun untuk mengembangkan usaha distro ini. “Kuncinya agar kita tetap bertahan, Rockline mempunyai komitmen untuk selalu menjual produk original," paparanya.
Mengenai produk, Mustika menegaskan, untuk barang atau produk Rockline, mereka masih order dari Bandung. “Ada rencana untuk buat merek sendiri, tapi belum terealisasi," tutupnya.
Editor: Sasli Pranoto Simarmata