Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Banyuwangi. Banyuwangi selalu memiliki agenda unik dalam festivalnya. Kali ini, Agenda Banyuwangi Festival (B-Fest) menggelar agenda anyar yang diangkat dari potensi masyarakat. Adalah Festival Dandang Sewu (seribu dandang) yang digelar di Dusun Tegal Pakis, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru, Jumat (4/8/2017).
Ribuan masyarakat memenuhi area Festival Dandang Sewu yang berlangsung di areal persawahan. Mereka sangat antusias mengikuti festival yang mengangkat potensi desa sekaligus salah satu sumber mata pencaharian warga setempat, yakni kerajinan peralatan masak.
Beragam peralatan memasak menjadi produk utama yang dihasilkan warga mulai dandang, panci, wajan, tudung saji, gelas, sutil (spatula), hingga oven kue.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, festival ini sebagai salah satu cara mempromosikan potensi warga Kalibaru sebagai sentra pengrajin peralatan masak yang berbahan dasar aluminium dan stainless steel di Banyuwangi.
"Ini pertama kalinya Festival Dandang Sewu digelar. Ini adalah bentuk kami untuk mendukung adanya desa-desa yang mandiri dan berdaya seperti ini. Di sini, hampir seluruh warganya jadi pengrajin peralatan dapur, menarik sekali. Maka, kami akan dorong agar produk-produk mereka bisa mendapatkan pasar yang lebih luas. Salah satunya, kita kenalkan produknya melalui festival semacam ini," ujar Anas usai membuka Festival Dandang Sewu.
Sejak 1970-an, Dusun Tegal Pakis atau biasa disebut masyarakat Kampung Sayangan, dikenal sebagai rumahnya pengrajin dandang. Dari semula hanya ada dua pengrajin, kini sudah ada 34 pengrajin dengan kerajinan peralatan dapur yang beragam. Kualitasnya yang bagus membuat produk khas Sayangan ini banyak diminati masyarakat. Bahkan, telah merambah ke berbagai daerah di Indonesia seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Papua.
"Kami akan terus menggelar agenda untuk mengangkat potensi desa di Banyuwangi untuk meningkatkan daya saing dan memajukan warga setempat," ujar Anas.
Festival tesebut memamerkan deretan puluhan penjual dengan aneka peralatan masak. Toko-toko yang berada di pinggir jalan nasional tersebut menjadi etalase sekaligus lokasi jual beli aneka peralatan masak para pengrajin.
Salah satu pemilik toko yang juga pengrajin peralatan masak, Mulisab (45), mengatakan bahwa dirinya merupakan generasi ketiga yang membuat sekaligus menjual aneka peralatan masak. Keluarga besar bapak dari dua anak tersebut sudah menggeluti profesi ini selama lebih dari 60 tahun.
Selain menjual produknya di Banyuwangi dan daerah sekitar, dia juga pernah mengirim produknya ke beberapa daerah di luar Jawa.
"Dari sejak kakek saya, sudah menjadi pembuat dan penjual peralatan masak. Saya sendiri meneruskan dari bapak saya," katanya.
Selama ini, kata Mulisab, omzet perbulan rata-rata Rp 1-2 juta. Namun khusus di momen hari raya, omzet itu bisa naik hingga puluhan kali lipat. "Waktu hari raya kemarin omset saya sampai Rp 30 juta dalam waktu tujuh hari," ungkapnya.
Festival ini juga dimeriahkan beragam acara. Mulai pameran beragam produk sayangan, lomba mewarnai siswa TK, seni tari kreasi dandang, dan kesenian jaranan yang dibawakan 500 pelajar. (dtc)