Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Komite Anti Korupsi Arab Saudi menangkap 11 pangeran dan 4 menteri akhir pekan lalu. Dikabarkan juga, satu panglima tentara dan beberapa mantan menteri ikut diciduk.
Banyak pihak mempertanyakan langkah Kerajaan Arab Saudi menangkap para keluarganya ini, apakah murni pemberantasan korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan?
Seperti dikutip dari CNBC, Senin (6/11), beberapa analis dan ekonom memprediksi ada agenda lain dalam penangkapan ini, agenda yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Presiden Donald Trump. Benarkah demikian?
Ceritanya harus ditarik mundur agak jauh, mulai dari hubungan antara Pangeran Alwaleed bin Talal (putera Pangeran Arab Saudi yang diasingkan, Talal bin Abdulaziz) dengan Pangeran Mohammed bin Salman (Putera Mahkota Arab Saudi yang siap menggantikan Raja Salman bin Abdulaziz).
Kedua pangeran ini masih satu keluarga, mereka sepupuan, tapi tidak pernah bisa sepaham. Selalu ada hal yang membuat keduanya tidak sejalan.
Salah satu contohnya adalah pandangan mereka terhadap Donald Trump. Alwaleed mengenal Trump sejak tahun 1990-an. Alwaleed pernah menyelamatkan Trump ketika bisnis properti sang presiden sedang gonjang-ganjing. Keduanya juga sering terlibat dalam acara kemanusiaan bersama-sama.
Namun akhir-akhir ini hubungan keduanya mulai merenggang, terutama sejak Trump memutuskan untuk maju sebagai kandidat presiden AS di 2015 lalu.
Pada saat itu, Alwaleed meminta Trump untuk mundur supaya tidak mempermalukan dirinya lebih lanjut dengan menjadi presiden AS.
"Anda tidak hanya membuat malu Partai Republik, tapi juga seluruh Amerika. Mundurlah dari kampanye presiden AS sekarang juga karena Anda tidak mungkin menang," kata Alwaleed dalam postingan Twitter-nya.
Cuitan Alwaleed itu dibalas oleh Trump dengan tanggapan yang cukup pedas.
"Pangeran Bodoh @Alwaleed_Talal ingin mengontrol politisi AS dengan uang ayahnya. Tidak akan terjadi kalau saya terpilih #Trump 2016," kata Trump.
Sementara Mohammed punya pandangan lain terhadap Trump. Mohammed bahkan menerima kunjungan Trump ke Arab Saudi beberapa bulan lalu dan bersedia menandatangani kerja sama di bidang ekonomi hingga pertahanan dengan negara adidaya tersebut.
Mohammed juga menjalin pertemanan dengan Jared Kushner, penasihat senior Trump sekaligus mantunya. Kushner merupakan suami Ivanka Trump, anak sulung sang presiden.
Kushner dikabarkan berkunjung ke Arab Saudi secara diam-diam dua pekan lalu, sebelum penangkapan dilakukan akhir pekan lalu.
Amerika dikabarkan punya kepentingan dalam rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham Saudi Aramco tahun depan.
IPO Aramco diprediksi akan menjadi penawaran saham publik yang terbesar dalam sejarah. Targetnya menghasilkan kapitalisasi pasar hingga US$ 100 miliar.
Trump menawarkan perusahaan minyak terbesar di dunia itu melantai di bursa saham Paman Sam itu.
"Kami mengapresiasi jika Arab Saudi mau IPO Saudi Aramco di New York Stock Exchange, ini penting untuk Amerika Serikat," kata cuitan Trump.(dtf)