Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Rembang. Seorang pria yang merupakan warga Desa Karas Kecamatan Sedan, Rembang berinisial EM (40) harus menerima kenyataan pahit. Dia ditolak keluarganya dan dikucilkan dari lingkungan tempat tinggalnya.
EM terpaksa hidup selalu berpindah tempat untuk sekedar tidur dan beraktifitas. EM, diduga mengidap virus HIV/Aids.
Menurut Ketua RT setempat, Baligh Muaidi, EM awalnya merantau sudah cukup lama di Kota Bogor, Jawa Barat. Beberapa waktu lalu, EM diantar oleh perangkat desa di tempat tinggalnya di Kota Bogor menuju Rembang dalam kondisi sakit.
Ketika sampai di Rembang, EM langsung mendapatkan perawatan di RSUD dr R Soetrasno. Setelah beberapa hari dirawat, ia dibawa ke desa asalnya, di Desa Karas. Namun saat berada di rumah kata Baligh, ada beberapa warga yang menolak termasuk pihak keluarga yang saat ini masih ada yang tinggal di desa tersebut.
"Setelah sampai di Karas, EM ini berpindah-pindah tempat, dan selalu ditolak oleh warga. Akhirnya saat ini ia ditempatkan di musala dalam bangunan yang sementara ini tidak terpakai. Untungnya ada satu warga yang cukup memiliki kepedulian tinggi dan merawatnya di musala tersebut," terang Baligh.
Ia mengatakan, alasan utama penolakan warga terhadap EM adalah khawatir tertular penyakit yang dideritanya. Terlebih keluarganya yang saat ini masih ada, juga melakukan penolakan terhadap kehadiran EM di rumah.
"Saya prihatin secara kemanusiaan. Apapun penyakitnya, kita menolong demi kemanusiaan. Ada orang baik, warga desa yang bersedia merawatnya dengan menempati bangunan kosong di musala," ujar dia.
Baligh menyebut, kondisi fisik dari EM sudah cukup memprihatinkan. Ia mengalami batuk keras dan kehilangan tenaga untuk beraktifitas. Tubuhnya pun kurus dan tidak mampu berjalan secara mandiri.
Sementara itu, Ketua Konselor HIV Kabupaten Rembang, Samsul Anwar mengakui, EM merupakan penderita HIV yang terdeteksi sejak tiga bulan lalu. Harapannya, warga tidak mengucilkan atau menolak keberadaannya.
Samsul menjelaskan, penularan virus HIV hanya bisa terjadi melalui kontak seksual, transfusi darah atau penggunaan jarum suntik secara bersamaan. Kontak fisik biasa yang dilakukan seseorang dengan ODHA tidak akan menciptakan penularan.
"Bersalaman, berpelukan, makan dan minum dengan alat yang sama atau pakai kamar mandi dan WC sama, tidak akan menularkan virus HIV. Kami berharap masyarakat tidak mengucilkan agar yang bersangkutan bisa bersosialisasi secara normal," jelas dokter yang bertugas Puskesmas Sluke itu.
Kini, EM sudah dievakuasi dari musala tempat ia tinggal dan dirawat di Puskesmas kecamatan setempat. Harapannya, seiring proses perawatan yang dilakukan EM, warga dan pihak keluarga juga akan mengerti kondisinya, bahwa EM juga membutuhkan dukungan dari lingkungannya. (dtc)