Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta, Di sejumlah negara berkembang seperti Indonesia, pemerintah mati-matian melakukan kampanye untuk menurunkan angka kelahiran, termasuk membagikan alat kontrasepsi secara cuma-cuma. Namun di negara-negara ini, penduduknya justru didorong untuk 'bikin anak' sebanyak mungkin mengingat menurunnya angka kelahiran nasional mereka.
Pertama, ada Spanyol. Pada bulan Februari 2017, negara ini menunjuk seorang senator bernama Edelmira Barreira Diz sebagai 'Menteri Urusan Seks' yang memiliki tugas khusus untuk menaikkan jumlah populasi di sana.
Di Denmark, di mana angka kelahirannya hanya 1,73 anak per penduduk wanita, sebuah perusahaan travel menawarkan semacam voucher untuk pasutri yang menggunakan jasa mereka untuk bulan madu. Ini adalah voucher suplai perlengkapan bayi selama tiga tahun jika mereka berhasil melahirkan keturunan dari bulan madu tersebut.
Lain Denmark dan Spanyol, lain pula Rusia. Bahkan persoalan ini telah mereka hadapi sejak lama, yang kemudian mendorong pemerintah untuk mencanangkan 'Hari Khusus Konsepsi' setiap tanggal 12 September sejak tahun 2007.
Bahkan pemerintah menetapkannya sebagai hari libur nasional agar warganya terdorong untuk berhubungan intim di hari. Tak hanya itu, tiap warga yang melahirkan sembilan bulan pasca hari libur tersebut juga akan dihadiahi lemari es oleh negara.
Penurunan jumlah populasi juga tidak hanya terjadi di Eropa, tetapi juga di Asia. Salah satunya di Korea Selatan di mana negara melakukan berbagai cara agar warganya mau berkeluarga. Mulai dari menawarkan insentif kepada warga yang memiliki anak lebih dari satu hingga mewajibkan perusahaan untuk membatasi jam kerja mereka hanya sampai jam 7 malam di tiap hari Rabu untuk 'Family Day'.
Kemudian ada Singapura. Negara yang diklaim mempunyai angka kelahiran terendah di dunia ini menghabiskan anggaran hingga berkisar Rp 21 miliar/tahun untuk mendorong warganya agar mau berhubungan seksual. Angka kelahiran di Singapura sendiri mencapai 0,81 anak per warga wanita.
Salah satu kebijakan yang mendukung usaha itu adalah membatasi setiap apartemen yang ada di Singapura hanya boleh diisi satu orang. Hal ini dilakukan agar warganya terdorong untuk mau menikah lalu tinggal bersama. Demikian seperti dilaporkan Mirror. dcn