Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - New York. Korea Utara (Korut) menuding Amerika Serikat (AS) takut dengan kemampuan negaranya yang telah melengkapi kekuatan nuklirnya. Korut menyatakan negaranya tidak menjadi ancaman bagi negara lain asalkan kepentingannya tidak diusik.
Seperti dilansir AFP dan Newsweek, Sabtu (16/12), pernyataan itu disampaikan Dubes Korut untuk PBB, Ja Song-Nam, saat mengadiri rapat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) pada Jumat (15/12) waktu setempat.
Rapat DK PBB yang dipimpin oleh Jepang ini fokus membahas isu Korut, yang salah satunya juga mengumumkan sanksi-sanksi baru terhadap sejumlah entitas China. Kehadiran Dubes Korut untuk PBB ini tergolong langka dalam forum semacam ini.
"(Rapat DK PBB ini) Langkah putus asa yang dirancang oleh AS yang takut oleh kekuatan luar biasa republik kami yang secara sukses telah mencapai hal bersejarah dalam melengkapi kekuatan negara nuklir," ucap Ja dalam forum internasional itu.
Ja juga menyatakan Korut tidak akan menjadi ancaman bagi negara lain, selama negara lain tidak mencampuri kepentingan-kepentingan Korut.
Lebih lanjut, Ja menekankan senjata nuklir yang dimiliki Korut merupakan kebutuhan untuk pertahanan diri. Ja juga menegaskan bahwa Korut merupakan 'negara pecinta damai dan kekuatan nuklir yang bertanggung jawab'.
"Kepemilikan senjata nuklir kami merupakan alat pertahanan diri individu dalam membela kedaulatan kami dan hak untuk melakukan perlawanan serta pengembangan, dari ancaman nuklir AS dan jika ada yang harus disalahkan, AS seharusnya bertanggung jawab," tegas Ja.
"Ada beberapa negara kekuatan nuklir di dunia saat ini, tapi tidak ada negara seperti AS yang secara terbuka terus mengancam dan memeras negara-negara lain dengan senjata nuklirnya," imbuhnya seperti dilansir South Morning China Post.
Ja memberikan pernyataannya usai pidato Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson yang menyerukan Korut untuk menghentikan rentetan uji coba rudal demi membuka jalan menuju perundingan dengan AS. Namun dalam pernyataannya, Ja sama sekali tidak menanggapi seruan Menlu AS itu.
(dtc)