Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Riyadh. Presiden Palestina Mahmoud Abbas bertemu dengan Raja Arab Saudi Raja Salman di Riyadh. Pertemuan itu terkait penggalangan dukungan dari kerajaan Arab Saudi kepada rakyat Palestina pasca pernyataan kontroversial soal Yerusalem ibu kota Israel.
Dilansir Reuters, Kamis (21/12), Raja Salman bin Abdulaziz mengatakan kepada Abbas bahwa Arab Saudi mendukung hak rakyat Palestina untuk memperjuangan kemerdekaan.
Selain itu, Raja Salman juga menyatakan dukungan kepada Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina. Pertemuan juga membahas perkembangan terakhir yang terjadi di wilayah Palestina.
Selain Raja Salman, sejumlah pejabat dan pangeran Arab Saudi juga menghadiri pertemuan tersebut.
Kerajaan Arab Saudi mengutuk pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Apalagi AS juga akan memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem itu.
Perjuangan menolak pernyataan Trump telah disuarakan baik saat konferensi Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul, Turki beberapa waktu lalu maupun dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB.
Palestina tidak tinggal diam dan meminta dukungan Majelis Umum PBB untuk menjegal keputusan Trump soal Yerusalem. Seperti yang diberitakan harian Arab Saudi, Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, mengatakan bahwa orang-orang Palestina dan Mesir telah bekerja sama dengan anggota Dewan Keamanan untuk menyusun rancangan resolusi tersebut dan memastikan akan mendapat banyak dukungan.
Akan tetapi setelah AS menggunakan hak veto terhadap rancangan resolusi tersebut, Palestina akan menggunakan Majelis Umum untuk menjegal putusan Trump. Resolusi yang digunakan adalah resolusi 377A yang disahkan pada tahun 1950. Resolusi soal "menyatukan perdamaian" ini sempat digunakan untuk mengijinkan pengerahan pasukan AS untuk berperang dalam perang Korea.
Mansour mengatakan bahwa Palestina juga pernah menggunakan resolusi "Menyatukan Perdamaian" pada tahun 1990-an setelah Israel mulai membangun pemukiman di Jabal Abut Ghnaim, puncak bukit di tanah Tepi Barat yang diduduki di selatan Yerusalem. Akan tetapi, di tengah jalan resolusi tersebut ditinggalkan. Kini, Palestina ingin memulai lagi sesi tersebut, yakni menggunakan resolusi 377A.(dtc)