Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Pada eranya, KH Zainuddin MZ pernah dijuluki 'Da'i Sejuta Umat' sebab ceramah-ceramahnya di berbagai daerah senantiasa dihadiri oleh puluhan ribu orang. Sejumlah radio seolah berlomba untuk menyiarkan ceramah dai berdarah Betawi itu setiap pagi, sore, dan malam hari. Puluhan kaset rekaman ceramahnya tak kalah dengan lagu-lagu pop dan dangdut yang diburu masyarakat. Para produser rekaman pun menangguk untung dibuatnya.
Dalam Dakwah dan Politik Dai Berjuta Umat terbitan Mizan, 1997, disebutkan perusahaan rekaman yang pertama kali menangkap peluang bisnis tersebut adalah Virgo Record. Berbeda dengan Virgo yang baru sempat memproduksi 5 kaset, Naviri Record membuat kontrak eksklusif dengan 'sang Dai' selama tiga tahun.
Begitu meledak di pasaran Nusantara hingga sejumlah negara Asia Tenggara, Angel Record dari Singapura pun tertarik merekam ceramahnya. Setidaknya ada tujuh album Zainuddin beredar di toko kaset di Asia lewat Angel.
"Tapi begitu memasuki era reformasi, secara perlahan popularitas Zainuddin mulai memudar. Apalagi ketika dia kemudian resmi terjun ke politik dan memimpin partai, lalu terlibat konflik internal," kata pakar Sejarah Islam dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung, Moeflich Hasbullah, Sabtu (30/12).
Masa keemasan sang da'i kelahiran 2 Maret 1952 itu selesai sudah. Dia berpulang kehadiran Illahi pada 5 Juli 2011 karena sakit. Lalu nama KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) kian menasional. Dia tak cuma muncul di radio, tapi di layar-layar televisi. Gaya dakwahnya yang santun, lemah lembut, dan banyak menyentuh kehidupan sehari-hari tak cuma digandrungi kaum muslim. Mereka yang non muslim pun mengaguminya. "Sayang, ketika dia berpoligami kebanyakan jamaah kemudian berpaling mencari sosok panutan lain," ujar Moeflich.
Seiring itu bermunculan para dai yang dekat dengan kalangan artis dan kerap muncul di televisi. Tapi kemunculannya tak melulu dalam rangka dakwah, juga disoroti soal perilaku dan gaya hidupnya yang mewah. "Tapi para da'i seleb mah hanya "sligthly phenomena," ujar Moeflich tanpa menyebut nama-nama da'i dimaksud.
Di era media sosial dengan kemunculan twitter, facebook, youtube, dan Instagram bermunculan para dai dengan segmen penggemar tertentu. Stigma terhadap para dai pun beragam, ada yang dinilai ekstrem, salafi dan wahabi, hingga yang moderat.
Dari sekian nama yang berseliweran di media sosial, tercatat antara lain Adi Hidayat, Khalid Basalamah, dan Abdul Somad yang punya banyak pengikut. Selain aktif berceramah, Adi dan Somad juga memproduksi dakwa tertulis. Sejak 2010 – 2015, Adi menulis 11 buku, sedangkan Somad yang mengajar di beberapa perguruan tinggi di Riau, telah menulis 4 buku. "Semua buku saya bisa didownload gratis," kata Somad dalam sebuah ceramah yang ditayangkan Youtube.(dtc)