Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-New York. Sekitar 40 truk telah siap untuk mengantarkan bantuan kemanusiaan ke Ghouta Timur, Suriah. Namun bantuan kemanusian belum bisa diantarkan karena serangan-serangan rezim Suriah terus terjadi, meskipun adanya resolusi Dewan Keamanan PBB soal gencatan senjata di negara tersebut.
Wakil Sekjen PBB untuk urusan kemanusiaan, Mark Lowcock mengatakan, hingga saat ini tak perubahan situasi di sekitar Ghouta Timur sejak resolusi DK PBB tersebut dikeluarkan pada Sabtu (24/2) lalu.
"Kapan resolusi Anda akan diterapkan," tanyanya sembari menatap ke arah para anggota DK PBB, yang hanya diam membisu, seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (1/3).
Lowcock mengatakan, truk-truk bermuatan bantuan kemanusiaan telah siap untuk pergi ke 10 kawasan termasuk Douma, kota utama di Ghouta Timur sejak 24 Februari lalu. Namun sejak resolusi dikeluarkan, tak ada akses bagi konvoi truk pengangkut bantuan kemanusiaan ataupun otoritas dari rezim Suriah untuk pergi ke wilayah-wilayah yang dikepung pasukan rezim.
Bahkan sebaliknya, bombardir terus berlangsung, jumlah korban jiwa dan korban luka-luka telah bertambah. Demikian disampaikan Lowcock dalam sidang bulanan DK PBB pada Rabu (28/2) waktu setempat, yang digelar untuk membahas konflik Suriah.
Dalam pertemuan DK PBB tersebut, perwakilan AS, Kelley Currie menuding rezim Suriah melanggar gencatan senjata. Sedangkan Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia menuding pemberontaklah yang melanggar.
Jeffrey Feltman, Wakil Sekjen PBB untuk urusan politik, mengaku frustrasi akan ketiadaan aksi DK PBB. "Apa yang kita perlukan adalah implementasi resolusi 2401 dan itu tidak terjadi," tuturnya.
Ghouta Timur, kawasan di pinggiran Damaskus yang dikuasai pemberontak, telah dibombardir pasukan rezim Assad secara intens dalam beberapa hari terakhir. Menurut kelompok pemantau HAM Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, sekitar 600 warga sipil telah tewas akibat serangan-serangan udara rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad sejak 18 Februari lalu, yang sekitar seperempat dari mereka adalah anak-anak.(dtc)