Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Tak lama setelah gagal meminang Qualcomm, Broadcom mengumumkan kepindahannya ke Amerika Serikat, yang diperkirakan dapat membuka jalan bagi mereka untuk melayangkan tawaran berikutnya. Qualcomm agaknya belum bisa tenang karenanya.
Broadcom resmi mengumumkan bahwa perusahaan semikonduktor tersebut telah menyelesaikan kepindahan kantor pusatnya ke Amerika Serikat. Sebelumnya, Broadcom merupakan korporasi yang berbasis di Singapura.
Sejatinya, perusahaan yang didirikan pada Agustus 1991 tersebut memang berasal dari Amerika Serikat, sebelum dibeli oleh Avago Technologies asal Singapura pada 2016 lalu. Ke depannya, Broadcom akan berkantor pusat di San Jose, California, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (6/4).
Kepindahan perusahaan tersebut ke Amerika Serikat yang dilakukan tak sampai sebulan setelah Donald Trump menyetop proses akuisisi terhadap Qualcomm terindikasi sebagai usaha lanjutan dari Broadcom untuk menyelesaikan bisnis mereka yang terhenti itu.
Disetopnya tawaran sebesar USD 117 miliar kepada Qualcomm oleh Donald Trump merupakan hasil investigasi dari Committee on Foreign Investment in the United States (CFIUS) yang menganggap pengambilalihan tersebut dapat mengancam keamanan nasional Amerika Serikat.
Dengan pindahnya Broadcom ke Negeri Paman Sam, yang rencananya sudah diumumkan sejak 2 November 2017, maka mereka dapat melanjutkan proses akuisisi lanjutan tanpa mendapat pengawasan dari CFIUS, mengingat lembaga tersebut hanya memeriksa transaksi dari luar Amerika Serikat saja. Meski begitu, belum ada keterangan lebih lanjut dari pihak Broadcom mengenai hal tersebut.
Kepindahan perusahaan tersebut ke Amerika Serikat turut mendongkrak nilai sahamnya. Berdasarkan data dari Nasdaq, nilai saham Broadcom sempat menyentuh angka USD 237,97 (Rp 3,27 juta) per lembarnya, meski kemudian turun menjadi USD 236,31 (Rp 3,25 juta). (dtn)