Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Badak Jawa di Ujung Kulon, Banten, disebut hanya tersisa 68 ekor. Perburuan cula dinilai sebagai salah satu penyebab hewan itu terancam punah.
"Kondisinya kritis menuju kepunahan. Kalau tidak betul-betul dijaga jadi tidak ada apapun yang membolehkan untuk apa itu kawasannya harus dijaga betul. Pengamanan bagus, tidak ada perburuan, karena dia binatang pemalu ya," kata Dirjen Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno ketika berbincang, Kamis (26/4) malam.
Namun, Wiratno menuturkan seekor badak Jawa yang ditemukan mati bernama Samson bukan karena perburuan. Samson diduga mati karena usia.
Di tengah kabar duka itu, ada pula kabar gembira. Dari kamera tersembunyi milik Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), ada 2 anakan yang terekam.
Populasi badak Jawa yang tadinya tercatat 67 ekor pada 2017 bertambah menjadi 69 ekor. Namun karena Samson mati, maka populasinya kini 68 ekor.
Koordinator Komunikasi World Wildlife Fund (WWF) Indonesia, Diah R Sulistiowati, mengamini pernyataan KLHK. Keberlangsungan hidup badak Jawa menurutnya memang rentan.
"(Habibat) cuma di Ujung Kulon saja makanya agak rentan," kata wanita yang karib disapa Sulis itu ketika dihubungi terpisah.
"Dulu malah cuma 20 kami sudah ada sejak tahun 68 kita hitung cuman 20 sekarang naik," imbuh Sulis.
Menurut Sulis, upaya penjagaan kawasan habitat badak Jawa harus disertai upaya konservasi. Selain itu, pemerintah harus memastikan wilayah konservasi bebas dari pemburu.
"Kalau tempatnya nggak bisa dikasih tahu karena menghindari perburuan. Kita sedang di kementerian, sedang membicarakan itu, sudah ada beberapa lokasi kita sedang survei dulu layak apa nggak jenis pakan-pakan, segala macam," kata Sulis.(dtc)